Minggu, 17 Juli 2011

Teknologi pengembangan agribisnis pertanian terpadu Prima Tani di kabupaten Aceh Besar

Teknologi pengembangan agribisnis pertanian terpadu Prima Tani di kabupaten Aceh Besar: "


M. Nasir Ali dkk, Teknologi pengembangan agribisnis pertanian terpadu Prima Tani di kabupaten Aceh Besar provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilakukan sebagai upaya percepatan alih teknologi yang telah dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Program Rintisan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) adalah suatu model desiminasi teknologi yang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang merupakan sentra produksi padi dan ternak. Lokasi kegiatan Program Rintisan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian di kabupaten Aceh Besar memiliki potensial untuk dikembangkan beberapa komoditas yang dapat memperluas lapangan kerja dan sumber pendapatan asli daerah. Sistem usahatani kawasan Prima Tani yaitu padi, ternak sapi, itik, tanaman perkebunan dan sayuran. Pengelolaan tanaman dan ternak pada umumnya masih secara parsial antar lembaga, komoditas, terapan teknologi produksi dan pengolahan hasil masih terbatas sehingga pendapatan petani masih sangat rendah. Upaya peningkatan pendapatan petani dilakukan melalui percepatan alih teknologi secara spesifik dengan mengintroduksi varietas, inovasi teknologi dan kelembagaan, sesuai dengan daerah pelaksanaan Prima Tani. Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pada intinya membangun Sistem Usaha Intensifikasi Diversifikasi (SUID) dan menumbuh kembangkan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) sebagai upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Dampak pelaksanaan Prima Tani Agroekosistem Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Aceh Besar sangat dipengaruhi oleh peningkatan produksi padi dan meningkatnya nilai jual gabah dari tahun 2007 (22,58 %) dan pada tahun 2008 (46,05 %), sedangkan usaha ternak sapi masih tahap pengembangan.
Kata kunci : Kelembagaan, Lahan Sawah Intensif Dataran Rendah, komoditas padi, sapi, itik, pupuk organik dan sistem integrasi.
Selanjutnya

1 komentar:

omyosa mengatakan...

MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA
(dengan tanam padi pola gabungan SRI, PO, dan JAJAR LEGOWO)

Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 — 8 ton/hektar.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi.
Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).

Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.
SRI sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Kami tawarkan solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

“BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB SO / AVRON / NASA + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO”, hasilnya lebih baik, bisa meningkat 1 — 4 kali disbanding pola bertani biasa.

Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 100% — 400% dibanding pola tanam konvensional seperti sekarang.


Ditunggu komentarnya di omyosa@gmail.com, atau di 02137878827, 081310104072, atau bisa juga komentar langsung di http://frigiddanlemahsahwat.blogspot.com/2011/07/pertanian-pembangunan-pertanian.html