Selama ini, mengebunkan jati dianggap sebagai investasi
jangka panjang dan tidak menarik minat per-orangan. Hal ini disebabkan jati
jenis tanaman tahunan yang baru bisa dipanen setelah puluhan tahun dipelihara.
Tidak mengherankan jika di Indonesia, penanaman jati didominasi oleh perusahaan
milik negara. Padahal jika dilihat harga pasarannya. Kayu jati mempunyai posisi
yang baik dan sulit digantikan oleh
komoditas kayu lainnya, karena harga jualnya selalu meningkat dengan tingkat
permintaan yang tinggi. Begitu sulitkah mengebunkan jati itu, Permasalahan utamanya ternyata bukan
terletak pada bagai mana teknik bercocok
tanam jati, pada bagaimana mendapatkan bibit jati yang mempunyai laju pertumbuhan cepat, sehingga dalam waktu
singkat dapat segera dipanen.
Kehadiran jati
unggul disebut juga jati mas ini yakni bibit jati yang mempunyai sifat sifat
unggul, telah membuka cakrawala baru dalam perkebunan jati, Bibit jati yang
berasal dari hasil pembibitan dengan teknik kultur jaringan ini mempunyai laju
pertumbuhan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan bibit njati biasa (Convensional) sehingga saat berumur 6-
10 tahun dia meter pohon nya sudah memadai dan tanaman sudah bisa dipanen, Selain itu jati unggul
lebih tahan terhadap serangan hama
penyakit dan memiliki batang bebas cabang yang lebih tinggi dengan tingkat kelurusan yang lebih baik, kondisi itu membuat mutu
kayu yang dihasilkanpun lebih baik, Hal
ini lantas mengubah kesan bahwa bercocok
tanam jati bukan lagi merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan
penantian panen yang sangat lama. Dipasaran
saat ini sudah beredar berbagai jenis bibit yang dihasilkan oleh beberapa
perusaahaan pembibit, dengan trademark tertentu
Jati (Tectona
grandis;famili Verbensia) pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak
disengaja ditanam dan tumbuh liar didalam hutan bersama jenis tanaman lainnya,
Di alam, tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh didaerah
yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang tegas.
Jati merupakan
tanaman asli (endemik) disebagian
besar jazirah India,Myanmar, Thailand bagian barat, Indo Cina, sebagian Jawa,
serta beberapa pulai kecil lainnya di Indonesia, seperti Muna (Sulawesi
tenggara) diluar daerah tersebut tanaman jati merupakan tanaman asing atau
tanaman eksotik (pendatang)
Penduduk
Indonesia sudah mengenal tanaman jati ini sejak lama, perkembangan hutan jati
di Indonesia dalam sejarahnya dikaitkan dengan perkembangan civilization atau sipilisasi budaya
masyarakat dan pemerintahan kerajaan
Hindu. Di Indonesia Jati mengalami
proses naturalisasi di Pulai Jawa
dan berkembang sampai ke Kangean, Muna
(Sulawesi tenggara) Sumba (Nusa Tenggara), dan Bali, Selanjutnya Jati
menmyebar ke beberapa pulau lainnya. Namun pada umumnya hutan jatii
Indonesia yang paling luas dikembangkan
di Pulau Jawa. Pada masa penjajahan Belanda pengebunan jati secara besar
besaran dilakukan sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga sebagian
kecil yang tersebar dibeberapa daerah di Jawa Barat.
Seiring dengan
perjalanan waktu dan kebutuhan manusia akan bahan baku kayu yang selalu
meningkat, ketersediaan jati yang tumbuh secara alami jumlahnya semakin menurun
akibat dari tidak adanya keseimbangan antara penebangan dan penanaman kembali
mengingat belum diketemukannya teknik pengembangan jati berupa budi daya,
Akibatnya persediaan bahan baku berupa kayu jati yang semula melimpah ruah
dihutan saat ini menjadi sangat terbatas, hilangnya atau musnahnya tanaman
pohon jati secara umum akibat terjadinya penjarahan penebangan liar yang tidak
terkendalii pada saat terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1999-2000,
sehingga penebangan dilakukan secara sporadis, tidak peduli adanya ketentuan
tebang pilih. Akibatnya kini banyak daerah yang semula koloni hutan jati
sekaranga tinggal tanah hutan gundul dan gersang, kedepan kemana kita harus
mencari untuk memperoleh kayu jati didaerah kita sendiri, kecuali mendatangkan
dari luar Indonesia,
Kita perlu
mengambil langkah sedini mungkin untuk menanggulangi kelangkaan bahan baku kayu
jati ini, dengan melakukan investasi jangka pendek/menengah dengan menanam
kembali Pohon Jati yang merupakan kayu primadona baik untuk kebutuhan dalam negeri
maupun sebagai komoditas Eksport yang memiliki keuntungan yang menjanjikan.
Peluang pemanfaatan
Pada masa pendudukan Belanda, kayu jati digunakan untuk
berbagaii keperluan, seperti pembuatan rumah,pekerjaan umum,bantalan rek kereta
api,mebelair,bahakan untuk pembuatan kapal, baik kapal dagang maupun kapal
perang, Disamping itu kayu jati digunakan sebagai bahan besi untuk konstruksi
yang berada dilokasi yang mudah mengalami per-karatan, Disebabakan daya elastis
atau kelenturannya yang tinggi sehingga dapat menahan kerusakan hantaman
peluru, sehingga pada waktu itu kayu jatii banyak digunakan untuk pembuatan
benteng pertahanan
Saat ini. Karena semakin tinggi dan berkembangnya apresiasii masyarakat
terhadap kayu jati, pengguna jati lebih terfokus kepada pemanfaatan yang
menonjolkan nilai estetika, Menariknya penampilan kayu karena warna kayu
teras dan kayu gubalnya yang bervariasi
dari coklat muda,coklat kelabu sampai coklat merah tua atau merah
coklat, kadang kadang diselingi warna putih kekuningan, dengan lingkaran tumbuh
tampak jelas baik pada bidang transversal
maupun radial sehingga
menimbulkan ornamen yang indah, karenanya penggunaan lebih banyak diarahkan
untuk pembuatan bahan mebel atau furniture
dan bahan baku pembuatan kerajinan handycraft
sebagian lagi digunakan untuk keperluan bangunan dan industri.
Jika dilihat dari
segi penggunaannya bisa dikatakan bahwa sebagian besar industri mebel kayu di
Indonesia menggunakan bahan kayu jati. Hal inii terkait dengan arah serat kayu
yang tergolong lurus, sehingga mudah dikerjakan
Disamping itu daya tahannya lama akibat berat jenisnya yang relatif
tinggi yakni 0,62 – 0,75 kg /cm3, dan
nilai keteguhan patahnya antara 800-1200 kg/cm3, Karenanya tidak mengherankan
jika kayu jatii menjadi primadona industri mebel.
Stabilitas kayu
jati yang sangat baik, yakni berkembang kerutnya yang sangat kecil,
menjadikannya cocok untuk dijadikan produk outdoor
di negara 4 musim. Kondisi ini tentunya membuka
jalan bagi kita 5-10 tahun kedepan untuk melakukan export ke negara 4 musim
yang umumnya merupakan negara maju seperti negara negara di Eropa, Amerika dan
Australia, selain itu corak kayu jati
yang indah tidak hanya dibutuhkan oleh industri kerajinan kayu dalam negri tetapi juga menjadi incaran
pengrajin kayu dari negara Italia yang terkenal piawai dalam menciptakan kreasi
handscraft kelas dunia.
Peluang Pasar
Beragamnya
penggunaan kayu jati yang menyebabkan tingginya permintaan akan bahan baku kayu
jati selama ini, tidak diimbangi denga laju produksii tanamannya, Hal ini dapat
dibuktikan dari data Tahun 2006 yang menyebutkan
bahwa kebutuhan jati olahan untuk Indonesia saja sebesar 2.5 juta m3 per tahun,
Jumlah tersebut ternyata baru dapat terpenuhi sebesar 0,8 juta m3 per tahun,
Dengan demikian terdapat kekurangan pasokan jatii olahan di dalam negri sebesar
1,7 juta m3 per tahun, kemudian pada tahun 2008 angka pasokan tersebut merosot
sangat tajam dari 0,8 juta m3 menjadi
0,66 juta m3.
Selama ini
pasokan kayu jati utama di Indonesia didominasi oleh PT.Perhutani, Berdasarkan
data, produksi kayu jati yang dikelola
oleh PT.Perhutani rata rata 800.000 m3 per-tahun, Dari Total produksi tersebut
sekitar 85 %-nya dijual dalam bentuk Log (batangan gelondongan) sisanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri milik PT.Perhutani dan Industri
Mitra kerja sama pengolahan (KSP) Perhutani dengan swasta.
PT.Perhutani hanya mengeluarkan kayu dalam bentuk logs
untuk kebutuhan industri swasta sebanyak 762.654.M3. (Tabel1), Padahal
kebutuhan kayu jati sebagai bahan baku industri mebel untuk sekitar 1.500 perusahaan adalah sekitar 2 juta m3.
Hal ini berarti
peluang dapat dimanfaatkan oleh pengebun kayu jati baik perorangan maupun
perusahaan swasta, sebagaimana rencana penanaman pohon jatii
unggul/jatimas/jatii genjah.
Tabel.1
.Distribusi Produksi Jati PT.Perhutani Tahun 2005-2008
No.
|
Tahun
Produksi
|
Penggunaan Logs Jati (m3)
|
|||
Industri Swasta
|
PT.Perhutani
|
||||
Industri
Perhutani
|
Mitra KSP
|
Total
|
|||
1
2
3
4
|
2005
2006
2007
2008
|
706.569
567.716
726.654
927.354
|
84.279
79.883
59.676
82.276
|
36.682
46.219
38.540
42.978
|
120.961
126.102
98.216
125.254
|
Jika dilihat dari harganya, nilai rupiah yang diperoleh
dari kayu jati tidak disangsikan lagi, karena harga jualnya selalu meningkat
dari waktu kewaktu, Sebagai ilustrasi harga jual didalam negri (data Tahun 2009)
untuk kayu jati gergajian adalah Rp.sekitar Rp.6 - 8 juta /M3 dan harga jual
jati dipasaran luar negri (pasar eksport) rata rata sekitar Rp.17 juta /m3.
Jika jati gergajian kayu jati diolah didalam negri dan
kemudian hasilnya dieksport dalam bentuk mebel, keuntungan yang akan diperoleh
akan semakin besar yakni 2,6 kali lipat.
Sebagai contoh :
1 m3 kayu jatii gergajian dengan harga.Rp.8 juta dapat menghasilkan 10 buah
meja lipat oval,dengan harga satuan $ US.305, atau setara dengan
Rp.2.895.000,-maka dalam 1 m3 setara denga 10 meja oval akan menghasilkan
Rp.28.895.000,- sementara itu 1 container mampu memuat 142 bahan jadi (knock down) maka 1 container bernilai $
US 305. x 142 = 43.310, Added Value
(nilai tambah) yang dihasilkan dari bahan baku menjadi produksi jatii sebesar
267 %, angka ini diperoleh dari perbedaan harga dasar kayu jatii dengan harga
jual mebel jadi (jati olahan).
Untuk jenis meja
mebel lain dari bahan jati yang memiliki pasaran cukup luas di luar negri
adalah folding square table (meja
lipat persegi) Sementara itu jenis kursi berbahan jati yang banyak disukai
adalah steamer chair (kursi lipat
untuk berjemur yang biasa ditempatkan dipinggir kolam renang keluarga) adjustbale folding chair (kursi taman knock down) dan folding slat chair (kursi
meja makan dirumah makan atau restoran)
Negara
peng-import utama jati asal indonesia
adalah Amerika Serikat,Taiwan, Hongkong,Korea, India dan Uni Emirat
Arab, serta Italia untuk handcraft.
Selama tahun 2007-2009,
eksport kayu jati indonesia untuk negara negara importir tersebut mengalami
peningkatan yang sangat tajam. Peningkatan tersebut tidak hanya dari volume
eksport tetapi juga nilai eksport dalam $ USD. (Tabel-2 dan Grafik)
Tabel 2 Perkembangan eksport jati Indonesia 2007-2009
Tahun
|
Volume (kg)
|
Nilai $ US
|
2007
|
71.400
|
117.236
|
2008
|
83.840
|
124.188
|
2009
|
141.950
|
196.432
|
Peluang Jati
unggul
Besarnya permintaan dan tingginya
harga jual kayu jati ternyata tidak dibarengi dengan pasokan bahan baku yang memadai. Sehingga kesenjangan pasokan
semakin membengkak dari waktu kewaktu, Jika dilihat dari pembudi dayaan, hal ini tentunya menjadikan
peluang usaha atau peluang usaha penanaman jati semakin cerah dan menjajikan.
Kesempatan
itu tentunya masih sulit diraih jika penanaman jati masih mengandalkan cara cara lama , tanpa menggunakan terobosan
teknologi maju, Sebabnya secara convensional pemanenan jati harus menunggu lama
karena pada umumnya panen jati paling cepat baru bisa dilakukan setelah jati
berumur 30 – 60 tahun ( one generation)
atau yang biasa dilakukan adalah umur 40
tahun, Ini jelas merupakan jangka waktu
yang sangat lama dan sangat tidak menguntungkan jika ditinjau dari segii
ekonomi, yakni keuntungan yang akan diperolehpun akan lama dan kadang kadang tidak terlepas
dari resiko kerugian baik akibat serangan hama maupun kerusakan akibat bencana
alam.
Sejak
akhir dekade 1990-an atau awal tahun 2000 ternyata kesempatan bagi masyarakat
yang akan menanam jati sebagai komoditas bisnis terbuka lebar lantaran hadirnya
tanaman jati kelas unggul dari bibit hasil kultur jaringan. Tanaman jati unggul
ini sudah dapat dipanen 6-10 tahun. Hal ini berartii seper empat usia jati biasa (convensional) Tentunya kenyataan ini i menghapus kesan
bahwa bercocok tanam jati merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan
penantian waktu panen yang sangat lama.
Jati Mas “Komoditas
yang layak menjadi pilihan usaha pertanian”
Jati
Emas merupakan bibit unggul hasil teknologi kultur jaringan dengan induk
tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar, Jati emas ini sudah sejak tahun 1980
ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand, Sementara itu penanaman jati emas
di Malaysia secara meluas dilakukan pada tahun 1990 dan di Indonesia dimulai
pada tahun 1996 dengan penanaman jati emas
hingga 1 juta pohon di daerah Indramayu
Jawa Barat. Untuk perbandingan,
tanaman jati emas berumur 5-7 tahun sudah mempunyai batang dengan
diameter 27 cm dan tinggi pohon mencapai 16 meter, pada umur yang sama jati biasa
(Konvensional) diameter batangnya baru sekitar 3,5 cm dan tinggi
pohonnya sekitar 4 meter, dalam tabel berikut inii ditampilkan perkiraan hasil
panen kayu jati emas:
Tabel 4 Perkiraan hasil panen kayu
jati emas
(Asumsi 2000 pohon/ha)
Uraian
|
Masa Panen
|
||
Tahun ke
5
|
Tahun ke 10
|
Tahun ke 15
|
|
Panen (pohon)
Sisa (pohon)
Tinggi (m)
Diameter
(Cm)
Volume (m3)
|
1.000.
1.000.
12
20
300
|
350
650
15
27
238
|
650
0
17
37
949
|
Sumber : Seameo Biotrop dalam Bisnis Indonesia
23/10/2001
Keterangan
: Hasil kayu 3 kali panen (15 tahun) adalah : 1.470 M3/ha
Teknik Budidaya
a. Persyaratan Lahan Kebun
Jati emas cocok ditanam diperkebunan yang berada di
daerah tropis, sebagaimana umumnya Umumnya tanaman jati, jati emas juga
termasuk tanaman pioner yang dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, kecuali tanah
gambut atau rawa. Meskipun demikian, tanah yang ideal untuk penanaman jati emas
adalah jenis tanah aluvial dengan ph 5-8, ada juga literatur yang meyebutkan
bahwa jati emas sangat menyukai tanah
yang banyak mengandung kapur,Topografi tanah dengan kemiringan kurang dari 20
%.
Jati
emas dapat tumbuh dengan baik jika ditanam
di daerah dataran rendah (50-80 m
dari permukaan air laut) ada literatur lain menyebutkan bahwa jati mas bisa
ditanam di lokasi yang berada di ketinggian 0 – 700 m di atas permukaan laut.
Artinya lokasi yang dekat pantaipun dapat dijadikan tempat penanaman jati mas.
Pada umumnya jati
sangat tidak tahan dengan kondisi genangan air, sehingga dalam penanaman
jati mas mutlak dibutuhkan system drainase
yang baik dengan solum atau bagian atas tanah yang telah mengalami pelapukan yang cukup dalam. Tanah yang bersolum dalam
ini yakni kedalaman di atas 100 meter
mempunyai kemampuan menyerap air yang lebih besar dan mampu menyimpan cadangan
air yang dibutuhkan oleh akar tanaman.
b.Persyaratan curah hujan
Kisaran curah hujan yang disukai adalah 1.200 –2.500 mm
per tahun dengan 3 –5 bulan kering atau
curah hujan kurang dari 50 mm perbulan. Temperatur berkisar 19. – 36 derajat celcius yang merupakan temperatur normal
untuk daerah tropis, Sementara ini intensitas cahaya yang dibutuhkan 75-100 %.
Daerah
Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang, yang memilikii agriklimat tanah yang
memenuhi persyaratan dan kondisi sebagaimana penjelasan persyaratan lahan
kebun, karena didaerah ini merupakan pengembangan tanaman jati convensional,
dan beberapa contoh penanaman jati genjah sudah dilakukan dengan hasil pada
saat usia 4 tahun, ketinggian sudah mencapai 14 meter dan diameter 32 cm, ini
menandakan adanya kecocokan persyaratan lahan yang dibutuhkan, baik curah
hujan,ketinggian Dpl, kemiringan tanah,memudahkan dalam pembuatan drainase,
serta kecukupan air dan mengandung perkapuran maka lokasi ini ditetapkan
sebagai lokasi pengembangan penanaman pohon jati emas, disamping untuk budidaya juga akan difungsikan sebagai pagar hidup pada areal, agribisnis serat
pisang abaca dan pengembangan usaha penggemukan sapi potong.
Persyaratan
lain bahwa lokasi yang diarahkan bagi budi daya penanaman pohon jati emas ini,
jauh dari lokasi kawasan industri (pabrik), karena pada umumnya pabrik
menimbulkan polusi gas , Diantara gas yang dikeluarkan pabrik adalah gas sulfur
dioksida (SO2). Karbon dioksida (CO2)
dan hidroflorida, gas pabrik yang terlepas ke atmosfir selanjutnya menyebabkan
akan hujan asam sehingga menimbulkan
kerusakan jati emas
Dan
untuk memudahkan pengangkutan bibit pupuk dan kebutuhan lainnya lokasi
penanaman jati emas akan dibuat jalur2
akses jalan masuk untuk menjangkau ke tengah tengah perkebunan untuk memudahkan
pengontrolan tanaman maupun keamanan. maka dibeberapa tempat akan dibuatkan pos
jaga yang berfungsi untuk macam macam
keperluan yang akan ditempatkan beberapa petugas securityi.
Pola Penanaman
a.Pola Tanam
Penanaman
Jati Emas dilakukan dilokasi yang sudah terpilih dan telah memenuhi persyaratan
tanam, baik teknis maupun ekonomis, Sistem penanaman jati Emas yang umum
dilakukan ada 2 caram yakni mono kultur dan secara polikultur atau tumpang
sari, Dalam prakteknya tumpang sari dibagi klagi menjadi 2 jenis, yang tumpang
sari tanaman semusm, atrau palawija dan tumpang sari tanaman tahunan (interflanting).
Selain
itu ada juga yang melakukan penanaman
jati dengan sistym budi daya lorong (alley
crooping) dan sebagai tanaman konservasi.
Dalam
penanaman jati emas sistem monokultur diareal penanaman hanya terdapat tanaman
tunggal yakni hanya tanaman jati emas. Keuntungan
dari system monokultur ini adalah untuk luas yang sama jumlah populasi jati
yang ditanam menjadi lebih banyak, disampoing itu pada waktu pemanenan akan
lebih mudah, karena tidak akan mengganggu tanaman lain, tapii Kerugiannya adalah jika terjadi serangan hama
penyebarannya berlangsung dengan mudah,tanpa terhalang pohon lain dengan mudah
penyebarannya dari pohon jati ke pohon jati lainnya yang berjalan dengan cepat.
Selanjutnya
penanaman sestem polikultur memerlukan penjarangan jarak tanaman jati untuk memberi tempat bagi tanaman lainnya
(tanaman sela) yang ikut ditanam di areal tersebut. Keuntungan system polikultur adalah selain diperoleh hasil panen
berarti juga akan diperoleh hasil panen berupa tanaman yang ditumpangsarikan
tersebut. Secara teoritis dengan adanya selang seling tanaman dengan jenis
tanaman lain penyebaran hama dan penyakit tidak secepat dengan sistem
monokultur, masalah yang mungkin akan timbul adalah pada saat panen, yakni adanya
kemungkinan kerusakan tanaman pendamping. Hal ini dapat tertanggulangi dengan
pola tanam yang diatur kapan akan dilakukan pemanenan jati dan kapan berahirnya
tanaman tumpang sari tersebut
Dalam
prakteknya, pula polikultur jati emas bisa saja dilakukan di lahan tanaman
jenis lain yang sudah ditanam terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini tanaman jati
dijadikan tanaman sela. Demikian pula sebaliknya, tanaman jati ditanam terlebih
dahulu dan tanaman lain digunakan
sebagai tanaman sela, hal ini bisa berlaku pada pemeliharaan tumpang sari
palawija atau tumpang sari interplanting
yang biasa dilakukan dengan tanaman jati adalah tanaman kelapa sawit dan kakao
(coklat) namun tidak tertutup kemungkinan tumpang sari dengan tanaman
perkebunan lainya seperti salak, kemiri,
lada, dan pisang buah, atau
berbagai jenis tanaman semusim seperti jagung,ubi
jalar,cabai, terung.
Di luar
pola tanam diatas, ada petani yang menanam jati bukan sebagaii tanaman utama ,
melainkan sebagai tanaman pringgan
atau tanaman pembatas. Dalam hal ini, tanaman jati ditanam di sepanjang garis
batas lahan perkebunan, Keuntungan yang bisa diperoleh adalah memperjelas batas
lahan dengan lahan milik orang lain dalam kurun waktu yang lama.dan dapat
melindungi tanaman inti (misalnya kelapa sawit atau pisang produktif) dari
terpaan atau tiupan angin kencang.
b. Pola Tanam
Pilihan
Pola Tanam sebaiknya teknik pelaksanaan penanaman jati emas dengan system
Policultur, yakni dengan tanaman sela (tumpangsari). Yang pertama, dengan penanaman tanaman semusim dan yang
kedua dengan tanaman tahunan pada
sebagian kecil area. Pola dimaksud pada pola tanaman semusim adalah tanaman
yang dapat menghasilkan bahan baku pangan ternak dan kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari para petani (pemelihara areal tanaman Jati). Sedangkan
pola dengan tanaman tahunan,untuk tanaman yang menghasilkan bahan baku industri
(buah jarak, bunga matahari dll).
C.Jarak tanam
Berdasarkan
informasi yang disebarkan oleh beberapa produsen bibit jati, jumlah populasi penanaman
per hektar lahan untuk sistem monokultur bervariasi , tergantung dari jarak
tanam yang digunakan. Sebagai contoh, untuk jati unggul menggunakann jarak
tanam 2,5 x 2,5 meter yakni 2,5 meter arah utara selatan dan 2,5 meter arah
timur barat dengan total populasi penanaman jati 1600 pohon per hektar. Sementara itu jati
super yang dikebunkan menggunakan jarak
tanam 2 x 3 meter atau 2 meter arah
utara selatan dan 3 meter arah timur
barat dengan total populasi 1.660. pohon per hektar.
Dalam
pemeliharaan sistem tumpang sari palawija, jarak tanam yang umum diterapkan
adalah 2,5 x 5 meter (800 pohon per hektar), Jarak sisa merupakan tempat yang
dapat digunakan untuk penanaman tanaman lain.(tanaman lorong).
Proses
penjarangan hanya dilakukan satu kali yakni pada saat usia 6 tahun, jadi jika
tidak dilakukan penjarangan jarak tanam yang digunakan 3 x 6 meter dengan
populasi sekitar 500 – 550 m.
Adapun
jenis jenis tanaman lorong yang dimaksud dapat diatur sebagai berikut :
-
Musim
tanam I : Cabe, terung, nilam (6
bln)
-
Musim
tanam II : Jagung kedelai, kacang
panjang (4 bln)
-
Musim
tanam III : Kacang tanah, buncis,
mentimun (4 bln)
-
Musim
tanam IV : Ubi kayu, ubi jalar, ubi
talas (9 bln)
-
Musim
tanam V : Kunyit kapulaga,jahe
gajah (14 bln
Catatan : Total waktu
pemanfaatan lorong lebih kurang 36 bulan.
Teknik Penanaman
Pada
umumnya, teknik penanaman jati relatif sama untuk semua sistem penanaman, baik
mono kultur,polikultur, budi daya lorong maupun sebagai tanaman pembatas dimulai
dengan persiapan lahan, pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk dasar, dan
penanaman bibit.
a.Persiapan Lahan
Persiapan
lahan dimulai dengan pembukaan lahan, dalam hal ini lahan dibersihkan dari tegakan tegakan pohon dan semak
semak atau disebut (landclearing)
Pembersihan ini dilakukan dengan membongkar pohon pohon dan semak semak sampai
ke akar akarnya.
Untuk
lahan yang sebelumnya ditumbuhi alang alang selain dilakukan pembersihan perlu
dilakukan dengan pengolahan dengan pencangkulan. Pengolahan ini juga perlu
dilakukan jika akan melakukan penanaman tumpang sari dengan tanaman lain.
b.Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dibuat dengan cara memasang pancang
(ajir) terlebih. Pemasangan ajir ini mengikuti arah larikan dan jarak tanam yang telah ditentukan selanjutnya didekat
ajir tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran tergantung dari ukuran
container bibit (polibag)
Dalam
hal ini ukuran lubang harus lebih besar
dari pada ukuran lantai akar bibit dibawah
polibag. Biasanya ukuran yang umum untuk bibit jati adalah 30 x30x30 cm
(panjang x lebar x kedalaman. Namun untuk lebih baiknya dibuat lubang dengan ukuran yang lebih besar yakni
50x50x50 cm. Tanah bagian atas (topsoil)
yang mengandung humus yang diangkat saat membuat lubang tidak dibuang atau
tercampur dengan tanah dari bagian yang lebih dalam. Kerenanya saat pembuatan
lubang topsoil ini harus diletakan
salah satu sisi lubang.
c. Pemberian Pupuk Dasar
Lubang
tanam diberi pupuk dasar , Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik
(pupuk kandang) dengan dosis 1-2 kg /perlubang dicampur dengan pupuk an
organik, yakni kaptan atau dolomit 50-100 gram/lubang dan NPK
(15:15 :15) sebanyak 50 gram/lubang. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
mencapurkannya dengan tanah lapisan atas (top
soil) kemudian menempatkannya dibagian dasar lubang tanam.
d. Penanaman Bibit
Setelah
lubang tanam diberi pupuk dasar, penanaman bibit sudah dapat dilakukan. Bibit yang
ditanam adalah ukuran siap tanam dengan ketinggian 15-20 cm. Penanaman
sebaiknya dilakukan pada kondisi cukup air selama 3 bulan pertama. Hal ini
dapat dilakukan dengan mempersiapkan pengairan (irigasi untuk penyiraman
tanaman) atau melakukan penanaman pada awal musim hujan. Curah hujan ideal untuk penanaman yitu jika
sudah mencapai 100 mm dan merata. Disamping itu, untuk menghindari evapotranspirasi yang berlebihan dari bibit jati, penanaman
disarankan pada saat langit berawan atau cuaca teduh.
Cara
penanaman bibit adalah dengan mengeluarkan dari polibag dan biasanya bibit
dalam polibag ini akarnya masih tertanam pada rootrainer atau bumbung (media tanam kultur jaringan). Bibit dari rootrainer dikeluarkan dengan cara
mengetuk bagian atas rootrainer. Setelah bibit keluar akar, bagian bawah dan samping yang melingkar
harus dipotong agar tidak tertanam terlipat dalam lubang tanam. Disamping itu,
harus dihindari penanaman dengan akar tunggang terlipat karena tidak baik untuk
pertumbuhan tanaman.
Bibit
ditanam tegak sedalam leher akar. Tanah yang digunakan untuk menutupi lubang
tanam hendaknya tanah yang gembur. Jika diperlukan, bibit yang baru ditanam
diikat pada ajir agar tegak dan tidak mudah goyang saat ditiup angin.
Teknik Pemeliharaan
Teknik
pemeliharaan jati mencakup kegiatan penyulaman,penyiangan tanaman atau
pengendalian gulma, pendangiran, pemupukan susulan. Pemangkasan cabang dan
penjarangan pohon (tegakan).
a.Penyulaman
Selama
proses pemeliharaan berlangsung, penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman
yang mati atau rusak sehingga populasi tanaman dapat dipertahankan jumlahnya.
Selama awal pemeliharaan yakni 1-2 tahun, frekuensi penyulaman maksimum 2 kali
setahun. Tanaman yang disulam selama masa pemeliharaan adalah tanaman yang mati,
tanaman yang tidak sehat atau terserang penyakit, dan tanaman jelek
(patah,bengkok dan gundul)
b. Penyiangan atau pengendalian gulma
Penyiangan
tanaman adalah kegiatan pengendalian gulma atau tanaman pesaing untuk
mengurangi jumlah populasinya. Gulma dikendalikan karena menjadi pesaing jati
dalam memperoleh cahaya, kelembaban tanah, dan nutrisi. Gulma yang harus
diberantas adalah alang alang, rumput rumputan dan tanaman pengganggu lainnya.
Penyiangan
gulma dilakukan, baik pada musim kemarau maupun musin hujan. Frequensi
penyiangan minimum 3-4 bulan sekali dalam satu tahun saat jati berumur 1-
2 tahun. Selanjutnya, penyiangan
minimal dilakukan 6 – 12 bulan sekali sampai tanaman dipanen. Sasaran
penyiangan adalah agar jarak 1-3 meter dari tanaman jati bebas dari gulma.
Penyiangan diahiri setelah tanaman jati mampu bersaing dengan tanaman liar terutama dalam memperoleh cahaya matahari,
biasanya sampai jati berumur 4 tahun
Alat
yang digunakan adalah pacul arit, atau parang. Pembersihan gulma dilakukan
dengan cara pembabatan dan pengolahan tanah. Tumpukan gulma yang dibabat
disingkirkan dan dibiarkan membusuk untuk dijadikan kompos. Atau dikumpulkan
pada satu tempat sebagai bahan campuran pada pengolahan pupuk dari kotoran
hewan.
c. Pendangiran
Pendangiran
adalah kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman jati untuk memperbaiki sifat
fisik tanah (drainase tanah). Dampak positif dari pendangiran adalah dapat
memacu pertumbuhan tanaman jati. Pendangiran dilakukan terhadap tanaman yang
berumur 1 – 4 tahun dan dilakukan 1-2 kali dalam setahun, pendangiran harus lebih
sering dilakukan jika jati ditanam ditanah yang bertekstur keras atau berat.
Pendangiran dilakukan 1-3 meter disekeliling pohon jati dengan menggunakan
cangkul.
Harus
diperhatikan, pencangkulan tidak dilakukan terlalu dalam karena bisa memotong
akar tanaman.
d. Pemupukan susulan
Selama
pemeliharaan perlu dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan akan meningkatkan kesuburan
tanah dan secara tidak langsung menambah bahan makanan bagi jati. Pemupukan
dilakukan pada saat jati berumur 1-3 bulan, kemudian diulangi lagi saat berumur
6-12 bulan sampai tinggi tanaman melampaui tinggi gulma. Jenis pupuk yang
digunakan NPK (15:15:15) dengan dosis 30 – 100 gram per tanaman (pemupukan pertama) dan pada pemupukan kedua (umur 6 bulan)
dosisnya 2 kali lipat dosis pertama.
Sebelum
dipupuk, tanah di sekeliling tanaman disiangi dan dibuatkan lubang (lorakan)
melingkar di sekeliling batas tajuk tanaman sedalam 5-10 cm. Untuk tanaman yang
lebih besar (lorakan dibuat lebih dalam sekitar 15 cm). Selanjutnya pupuk
disebarkan secara merata ke dalam lorakan, kemudian lorakan ditutup dengan
tanah.
e. Pemangkasan Cabang
Cabang
cabang jati yang tidak diperlukan harus dipangkas. Pemangkasan cabang ini merupakan kegiatan
pembuangan cabang bagian bawah untuk
memperoleh batang bebas cabang yang
panjang dan bebas dari mata kayu. Hal ini akan meningkatkan kualitas kayu jati. Pemangkasan cabang dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan penjarangan tegakan pada musim kemarau. Frequensi
pemangkasan cabang mengikuti Frequensi penjarangan dengan intensitas 30 % yakni 30 % cabang dipangkas dan sisanya
70 % dibiarkan.
Pemangkasan
dilakukan dengan pisau atau gergaji pruning
dan gunting. Gergaji pruning digunakan untuk pemangkasan cabang yang ukurannya
agak besar. Gunting digunakan untuk menggunting tunas kaki atau cabang yang
kecil. Pemotongan cabang yang berada di bagian atas dapat menggunakan tangga.
Teknik
pemangkasan ini harus dilakukan rata dengan batang, yakni di pangkal cabang
(dekat batang pohon). Untuk menghindari
kontak dengan bibit penyakit, luka bekas pemangkasan sebaiknya ditutup
dengan bahan penutup luka seperti ter atau parafin. Pemangkasan yang terlalu
dalam atau sebaliknya cabang masih
menempel dibatang akan menyebabkan cacat
atau bagian mata membusuk sehingga kayu
mudah terserang penyakit.
Selain
pemangkasan cabang, pewiwilan perlu
dilakukan saat jati berumur 6 bulan. Tujuannya untuk mendapatkan batang pokok
yang tunggal (tidak bercabang) sekaligus
menghilangkan tunas yang akan menjadi cabang.
f. Penjarangan Tegakan
Penjarangan
tegakan adalah tindakan pengurangan jumlah batang persatuan luas untuk mengatur
kembali ruang tumbuh pohon. Pengurangan ini dimaksudkan untuk mengurangi persaingan antar pohon dan meningkatkan kesehatan pohon
yang tersisa yakni pohon yang akan dipanen
pada tahap akhir,
Tujuannya
penjarangan adalah memacu pertumbuhan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tegakan. Artinya, dengan adanya
penjarangan pohon yang tersisa akan
tumbuh lebih cepat dan kayu yang dihasilkan bermutu. Kegiatan penjarangan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau karena
pada intinya penjarangan itu sebagai penebangan.
Dalam
penanaman jati, sistem penjarangan yang dilakukan (penjarangan I dan II)
sekaligus merupakan panen antara, atau panen yang dilakukan sebelum panen
terakhir. Hal ini dapat terjadi pada jati ini, karena pertumbuhannya yang
cepat sehingga proses penjarangan dapat
dimanfaatkan untuk meraih pemasukan. Penjarangan seperti ini disebut sebagai
penjarangan sistimatis.
Penjarangan
yang bisa dilakukan untuk jati adalah membuang tegakan yang mutunya kurang baik.
Dalam hal ini, pohon yang dimatikan adalah pohon yang cacat atau sakit, pohon
yang bentuk dan kualitasnya kurang baik dan pohon kerdil. Contoh cacat pada
pohon jati adalah bengkok, pangkal batang berlubang, luka terbakar, luka
tebangan, benjol, beralur atau bergerigi.
Untuk
lebih praktisnya dalam Tabel 7 berikut ini disajikan ringkasan kegiatan selama
pemeliharaan :
Tabel 7 Ringkasan kegiatan selama pemeliharaan
No
|
Kegiatan
Pemeliharaan
|
Waktu/Bulan setelah
tanam
|
||||||
0
|
3
|
6
|
9
|
12
|
18
|
24
|
||
1
2
3
4
|
Pemupukan
-Pupuk
kandang (kg/Lubang)
-Kasptan/dolomit
(gr/lubang)
-NPK
(15:15:15) (gr/lubang)
Pengendalian
Gulma
Pemangkasan
tunas
Pengendalian
hama & penyakit
|
1-2
50-100
50
|
50
*
*
|
100
*
* |
100
* * * |
100
* * |
150
*
* |
150
*
* |
Sumber PT.KALTIMEX JAYA GROUP
g. Panen
Seperti
umumnya budi daya tanaman penghasil kayu, panen jati unggul dapat dilakukan
dengan cara total, atau selektif. Panen Total adalah penebangan seluruh pohon
dalam satu areal penanaman. Panen
selektif adalah penebangan terhadap pohon dengan kriteria tertentu, misalnya
berdasarkan diameter batangnya. Jati unggul yang memiliki laju pertumbuhan
cepat saat berumur 6-10 tahun sudah dapat dipanen, diperkirakan diameter jati
ini pada usia ini sudah mencapai 27-30 cm.
Sebenarnya
usia jati yang akan dipanen tergantung dari tujuan pemanfaatan kayunya,
sehingga selain dilihat dari diameter kayunya, perlu dipertimbangkan kualitas
kayunya. Kualitas kayu jati tergantung dari usia batangnya, semakin tua
umurnya.semakin tinggi pula kualitas kayunya, terutama jika persentase teras
kayunya sudah semakin besar.
Tidak
ada aturan petunjuk khusus dalam
pemanenan kayu jati. Cara pemanenanya adalah pohon jati yang akan ditebang
harus diteres terlebih dahulu atau
dibuang kulitnya. Kulit di sekeliling batang dibuang habis , termasuk
kambiunnya dengan menggunakan pisau parang atau peralatan lainnya. Tujuannya, agar suplai makanan dari akar ke daun melalui batang terputus di
bagian yang diteres, sehingga tanaman
akan mati. Tinggi tempat peneresan maksimum 20 cm dari atas tanah. Meskipun
demikian, ada orang yang melakukan pe-neres-an lebih rendah yakni mendekati
akar untuk mendapatkan volume kayu yang lebih banyak
Mutu
kayu jati juga ditentukan oleh lamanya proses pe-neres-an. Semakin lama proses pe-neres-an, kayu jati akan kering
benar dan mutunya lebih baik. Proses pe-neres-an juga
meminimalkan kandungan selulosa kayu sehingga kayu lebih awet, dan tidak mudah
dimakan rayap. Karenanya, penebangan dilakukan
paling cepat 1 tahun dan paling lambat 2 tahun setelah diteres. Jika
saat penebangan, jati yang sudah diteres masih ada getahnya, sebaiknya
penebangan ditunda hingga tahun berikutnya.
Pada
saat penebangan, harus diperhatikan arah rebahnya (tumbang). Hal ini ini untuk
menghindari kerusakan tanaman atau pohon lain yang ada disekitarnya (terutama
jika menggunakan penanaman sistem tumpang sari) dan untuk menghindari rebahnya
pohon ke arah lokasi yang berbatu. Jika
pohon pohon jati yang sudah kering ditebang dan mengenai batu,
dikhawatirkan kayu akan patah atau
pecah, sehingga kualitasnya rendah dan volume kayu yang dimanfaatkan berkurang.
Penanggulangan Hama dan Penyakit
A. Langkah Indentifikasi.
Meskipun
memiliki keunggulan sebagai Jenis jati yang tahan terhadap serangan hama dan
penyakit , bukan berarti jati unggul ini tidak beresiko terserang hama dan
penyakit. Hal ini disebabkan hampir
tidak ada lahan penanaman jati baik berupa kebun maupun hutan yang sama sekali
terbebas dari dari populasi hama dan penyakit.
Penanggulangan
hama dan penyakit pada dasarnya adalah tindakan untuk mengatur populasi
penyebab hama dan penyakit tanaman jati yang ditanam diareal perkebunan. Dengan penanggulangan ini, populasi
hama dan penyakit tidak menimbulkan kerusakan yang berarti, sehingga
kualitas dan kuantitas jati dapat
ditingkatkan atau mencapai hasil panen yang optimal.
Tanaman
atau pohon dikatakan rusak atau sakit jika timbul gejala gejala atau tanda
tanda kerusakan pada bagian tanaman. Bisa
pula tanaman tersebut tumbuh secara tidak normal yang mengakibatkan produksinya
mengalami kemunduran bahkan mengalami kematian.
Hama: adalah semua organisme hidup,
seperti serangga, hewan dan tanaman yang mengakibatkan kerusakan tanaman atau
pohon, termasuk kerusakan biji dan bibit.
Penyakit: adalah induk pengganggu yang
mengakibatkan perubahan fisiologis tanaman, penyebab penyakit adalah virus, mematoda,
jamur, bakteri, iklim, kekurangan gizi dan parasit seperti benalu.
Agar
dapat menanggulangi serangan hama dan
penyakit, harus dilakukan tindakan
indentifikasi terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui jenis hama dan
penyakit yang menyerang dan tingkat
serangannya, sehingga ditemukan metode penaggulangan atau pengendaliannya.
Langkah
langkah yang ditempuh dalam melakukan indentifikasi sebagai berikut :
- Mempelajari gejala gejala atau tanda tanda yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit.
- Mempelajari sifat serangan, yakni kelompok, terpencar atau merata.
- Meng-inventarisasi tanaman yang terserang sekaligus, serta memonitorperkembangan dan pertumbuhannya dalam waktu tertentu, Tujuannnya untuk mengetahui pengaruh serangan dan besarnya intensitas serangan.
- Mempelajari perilaku dan siklus hama atau penyakit penyebab dari kerusakan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasinya. Dengan demikian dapat diketahui dan diputuskan cara pengendaliannya.pelajari.
B. Jenis Hama dan Penyakit
a.
Hama
Hama
dan penyakit yang kemungkinan dapat menyerang jati unggul pada umumnya adalah
semua jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman jati biasa. Diantara
sekian banyak jenis hama jati yang banyak ditemukan, pada dasarnya dapat
dikelompokan berdasarkan sasaran serangannya sebagai berikut:
1. Hama akar
Hama akar adalah uret (Lepidiota sigma F) dan uter uter (Phasus damor Moore) hama ini
menyerang didaerah perakaran., yakni menggerek pangkal batang sampai ke akar
tunggang.
2. Hama Batang
Hama batang bisa berupa inger-inger atau rayap (Neotermes tectonae Damm) bubuk kayu basah, dan oleng oleng (Duomitus ceramicus) serangan hama ini ditandai lubang gerekan.
3.Hama Daun
Hama daun berupa ulat daun jati (Phyrausta machareelis), entung jati,dan belalang, hama jenis ini
menyebabkan kerusakan daun jati.
b.
Penyakit
Jenis
jenis penyakit yang lazim menyerang jati dikelompokan berdasarkan penyebab
sebagai berikut
- Penyakit akibat serangan bakteri. Paling banyak ditemukan adalah Penyakit akibat serangan bakteri Pseudomonas solanacearum Smith dan Pseudomonas tectonae
- Penyakit akibat serangan jamur
- Penyakit akibat serangan nematoda
- Penyakit akibat serangan virus, Penyakit akibat serangan jamur umumnya disebabkan oleh jamur upas (Corticium salmonicolor)
Pengendalian
hama dan penyakit yang sifatnya pencegahan dapat dilakukan sejak persiapan
lahan melalui pengawasan yang intensif, pemupukan yang sesuai dengan petunjuk,
dan pengaturan drainase yang baik. Pada
intinya, pencegahan lebih bersifat
menciptakan kondisi lingkungan atau sanitasi yang baik.
Pengendalian
yang berupa pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan sedini mungkin saat populasi hama dan penyakit masih rendah. Pengendalian dilakukan secara mekanisme dan secara
kimiawi. Secara mekanis melalui tindakan menangkap atau mengumpulkan hama dan
memusnahkanya. Sementara secara kimiawi, berupa pemberian insektisida jenis
tertentu, diantaranya, berupa
penyemprotan sesuai dengan dosisi yang dianjurkan dilabel obat yang digunakan.
Usaha
budi daya penanaman pohon Jati Mas, bila dilihat dengan perhitungan secara
rinci, baik dari mulai dari pengadaan bibit sampai dengan pemasaran, seluruhnya
sangat dimungkinkan untuk bisa dilaksanakan secara sungguh sungguh baik
pengelolaannya maupun menurunkan investasinya. Dengan demikian, investasi atau
budidaya penanaman pohon Jati Mas bukanlah investasi jangka panjang, tapi
terbukti dengan perhitungan selama 6-7 tahun diasumsikan dapat mengembalikan
investasi yang ditanam lebih dari 5 x lipat dengan nilai yang cukup signifikan.
ANALISA
USAHA JATI MAS
Arus Kas / Cash Flow Usaha Jati Mas
Analisa Rugi Laba Usaha Jati Mas
Neraca
Catatan:
Tumpangsari
pada tanaman Jati Mas hasil sepenuhnya untuk menambah kesejahteraan karyawan
dan tenaga kerja perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar