Sabtu, 20 Agustus 2011

Combine Harvester, Bakal Pacu Peningkatan Produksi Beras

Combine Harvester 4LZ-2.0
Sangat mengherankan memang jika Indonesia yang merupakan negara agraris, dengan luasan area pertanian lebih besar dan kondisi tanah serta iklim lebih baik, justru kalah dengan negara-negara lain dalam hal produksi pertanian, terutama beras.
FAOStat pada 2010 mencatat, total produksi beras Indonesia memang lebih tinggi dibanding negara-negara ASEAN, yakni mencapai 54.454.937 metrik ton. Namun besarnya jumlah produksi tersebut dicapai karena luasan area tanam Indonesia juga lebih besar dibanding negara-negara ASEAN. Sementara dalam hal produkivitas, Indonesia kalah jauh dibanding Thailand. Rata-rata produksi beras di Indonesia hanya mencapai 4.620 Kg/ha, sementara Thailand mampu mencapai rata-rata produksi hingga 8.130 kg/ha.

Combine Maxxi
Thailand sudah lama menggunakan sistem pertanian modern, sedang kita baru akan memulainya,” jelas Wahyu Prayoga, Kepala Divisi Marketing distributor mesin pertanian Combine Harvester. Menurut Wahyu Prayoga, modernisasi pertanian sudah sangat mendesak dilakukan untuk mengejar ketertinggalan produktivitas dengan negara-negara tetangga lainnya. Terlebih Pemerintah telah menargetkan swasembada beras pada 2012 mendatang. Target ini, kata Wahyu Prayoga, bakal sulit dicapai apabila produksi pangan kita masih mempertahankan pola dan sistem tradisional.

Sebagai upaya untuk mempercepat modernisasi pertanian tersebut, Mesin pemanen padi Combine Harvester, kata Wahyu Prayoga, bukan hanya memudahkan petani memanen padinya, tapi juga meningkatkan produktivitas. Penyusutan produksi bisa ditekan sehingga petani tidak banyak menanggung kerugian. ” Kalau pakai cara tradisional, penyusutan produksi bisa sampai rata 11%, dengan mesin ini penyusutan maksimal hanya 2%,” jelas Wahyu Prayoga.

Cara kerja mesin ini juga cukup simple dan mudah dioperasikan. Tidak perlu banyak waktu untuk mempelajarinya. Tenaga yang dibutuhkan maksimal hanya tiga orang, satu operator/driver, dua orang lainnya bertugas mengatur pengemasan gabah. Dengan menggunakan Combine Harvester ini, petani hanya butuh waktu 1-2 jam untuk memanen 1 ha padinya.

Petani tidak lagi mengeluarkan tenaga dan waktu ekstra untuk merontokkan bulir-bulir padi dari tangkainya. Sekali jalan, padi yang masih berdiri di hamparan sawah langsung terpisah dari tangkainya, dan langsung bisa dikemas. Damen atau pohon padi juga terpotong lembut. ” Jadi kalau mau dipakai pakan ternak atau kompos, tidak perlu dipotong atau dilembutkan lagi. Cukup efesien kan?” kata Wahyu Prayoga.

Keuntungan lain, mesin ini tidak boros bahan bakar. Untuk mengoperasikan alat bermesin diesel 45 PK ini, hanya dibutuhkan solar sebanyak 30 liter/ha. Hanya saja, Combine Harvester ini memiliki keterbatasan. Mesin ini akan sulit bekerja pada lahan dengan kedalam lumpur 20 cm atau lebih. Disamping itu, alat ini juga tidak berfungsi efektis pada lahan dengan kemiringan tinggi. Akses jalan menuju area panen juga menjadi kendala.
Namun kelemahan-kelemahan itu, menurut Wahyu Prayoga, justru membuat alat ini tidak menjadi ancaman bagi pengusaha penggilingan padi atau tenaga buruh pemanen. ” Kehadiran alat ini tetap memberi ruang pada usaha-usaha penggilingan padi dan tenaga buruh panen,” kata Wahyu Prayoga. 

Combine Harvester Merek Maxxi per Juli 2011 harga dipatok oleh distributor untuk daya 45 PK 130 jutaan. Sedangkan untuk yang kapasitas 75 PK seharga 200 juta. Sementara Produk Made in China beragam dimulai dari harga 90 juta atau tergantung speksifikasi, type dan kapasitas daya mesinnya.

Sumber Tulisan:
kotatuban.com/Juli/2011

Tautan Terkait


Tidak ada komentar: