Jumat, 08 Maret 2013

Budidaya Jati Mas



Jati Mas - dishutjatimprov.go.id
Selama ini, mengebunkan jati dianggap sebagai investasi jangka panjang dan tidak menarik minat per-orangan. Hal ini disebabkan jati jenis tanaman tahunan yang baru bisa dipanen setelah puluhan tahun dipelihara. Tidak mengherankan jika di Indonesia, penanaman jati didominasi oleh perusahaan milik negara. Padahal jika dilihat harga pasarannya. Kayu jati mempunyai posisi yang baik dan sulit digantikan  oleh komoditas kayu lainnya, karena harga jualnya selalu meningkat dengan tingkat permintaan yang tinggi. Begitu sulitkah mengebunkan jati itu, Permasalahan utamanya ternyata bukan terletak pada bagai mana teknik  bercocok tanam jati, pada bagaimana mendapatkan bibit jati yang mempunyai  laju pertumbuhan cepat, sehingga dalam waktu singkat  dapat segera dipanen.
Kehadiran jati unggul disebut juga jati mas ini yakni bibit jati yang mempunyai sifat sifat unggul, telah membuka cakrawala baru dalam perkebunan jati, Bibit jati yang berasal dari hasil pembibitan dengan teknik kultur jaringan ini mempunyai laju pertumbuhan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan bibit njati biasa (Convensional) sehingga saat berumur 6- 10 tahun dia meter pohon nya sudah memadai dan tanaman  sudah bisa dipanen, Selain itu jati unggul lebih tahan terhadap serangan hama  penyakit dan memiliki batang bebas cabang yang lebih tinggi  dengan tingkat kelurusan  yang lebih baik, kondisi itu membuat mutu kayu  yang dihasilkanpun lebih baik, Hal ini lantas mengubah kesan  bahwa bercocok tanam jati bukan lagi merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan penantian panen yang sangat lama. Dipasaran  saat ini sudah beredar berbagai jenis bibit yang dihasilkan oleh beberapa perusaahaan pembibit, dengan trademark tertentu

Jati (Tectona grandis;famili Verbensia) pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak disengaja ditanam dan tumbuh liar didalam hutan bersama jenis tanaman lainnya, Di alam, tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh didaerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang tegas.
Jati merupakan tanaman asli (endemik) disebagian besar jazirah India,Myanmar, Thailand bagian barat, Indo Cina, sebagian Jawa, serta beberapa pulai kecil lainnya di Indonesia, seperti Muna (Sulawesi tenggara) diluar daerah tersebut tanaman jati merupakan tanaman asing atau tanaman eksotik (pendatang)

Penduduk Indonesia sudah mengenal tanaman jati ini sejak lama, perkembangan hutan jati di Indonesia dalam sejarahnya dikaitkan dengan perkembangan civilization atau sipilisasi budaya masyarakat dan pemerintahan  kerajaan Hindu. Di Indonesia Jati mengalami  proses naturalisasi di Pulai Jawa  dan berkembang sampai ke Kangean, Muna  (Sulawesi tenggara) Sumba (Nusa Tenggara), dan Bali, Selanjutnya Jati menmyebar ke beberapa pulau lainnya. Namun pada umumnya hutan jatii Indonesia  yang paling luas dikembangkan di Pulau Jawa. Pada masa penjajahan Belanda pengebunan jati secara besar besaran dilakukan sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga sebagian kecil yang tersebar dibeberapa daerah di Jawa Barat.

Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan manusia akan bahan baku kayu yang selalu meningkat, ketersediaan jati yang tumbuh secara alami jumlahnya semakin menurun akibat dari tidak adanya keseimbangan antara penebangan dan penanaman kembali mengingat belum diketemukannya teknik pengembangan jati berupa budi daya, Akibatnya persediaan bahan baku berupa kayu jati yang semula melimpah ruah dihutan saat ini menjadi sangat terbatas, hilangnya atau musnahnya tanaman pohon jati secara umum akibat terjadinya penjarahan penebangan liar yang tidak terkendalii pada saat terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1999-2000, sehingga penebangan dilakukan secara sporadis, tidak peduli adanya ketentuan tebang pilih. Akibatnya kini banyak daerah yang semula koloni hutan jati sekaranga tinggal tanah hutan gundul dan gersang, kedepan kemana kita harus mencari untuk memperoleh kayu jati didaerah kita sendiri, kecuali mendatangkan dari luar Indonesia,                                                                                         
Kita perlu mengambil langkah sedini mungkin untuk menanggulangi kelangkaan bahan baku kayu jati ini, dengan melakukan investasi jangka pendek/menengah dengan menanam kembali Pohon Jati yang merupakan kayu primadona baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sebagai komoditas Eksport yang memiliki keuntungan yang menjanjikan.

Peluang pemanfaatan

Pada masa pendudukan Belanda, kayu jati digunakan untuk berbagaii keperluan, seperti pembuatan rumah,pekerjaan umum,bantalan rek kereta api,mebelair,bahakan untuk pembuatan kapal, baik kapal dagang maupun kapal perang, Disamping itu kayu jati digunakan sebagai bahan besi untuk konstruksi yang berada dilokasi yang mudah mengalami per-karatan, Disebabakan daya elastis atau kelenturannya yang tinggi sehingga dapat menahan kerusakan hantaman peluru, sehingga pada waktu itu kayu jatii banyak digunakan untuk pembuatan benteng pertahanan

Saat ini. Karena semakin tinggi dan berkembangnya apresiasii masyarakat terhadap kayu jati, pengguna jati lebih terfokus kepada pemanfaatan yang menonjolkan nilai estetika,  Menariknya penampilan kayu karena warna kayu teras dan kayu gubalnya yang bervariasi  dari coklat muda,coklat kelabu sampai coklat merah tua atau merah coklat, kadang kadang diselingi warna putih kekuningan, dengan lingkaran tumbuh tampak jelas baik pada bidang transversal maupun radial sehingga menimbulkan ornamen yang indah, karenanya penggunaan lebih banyak diarahkan untuk pembuatan bahan mebel atau furniture dan bahan baku pembuatan kerajinan handycraft sebagian lagi digunakan untuk keperluan bangunan dan industri.

Jika dilihat dari segi penggunaannya bisa dikatakan bahwa sebagian besar industri mebel kayu di Indonesia menggunakan bahan kayu jati. Hal inii terkait dengan arah serat kayu yang tergolong lurus, sehingga mudah dikerjakan  Disamping itu daya tahannya lama akibat berat jenisnya yang relatif tinggi yakni 0,62 – 0,75 kg /cm3,  dan nilai keteguhan patahnya antara 800-1200 kg/cm3, Karenanya tidak mengherankan jika kayu jatii menjadi primadona industri mebel.

Stabilitas kayu jati yang sangat baik, yakni berkembang kerutnya yang sangat kecil, menjadikannya cocok untuk dijadikan produk outdoor di negara 4 musim. Kondisi ini tentunya membuka jalan bagi kita 5-10 tahun kedepan untuk melakukan export ke negara 4 musim yang umumnya merupakan negara maju seperti negara negara di Eropa, Amerika dan Australia, selain itu corak  kayu jati yang indah tidak hanya dibutuhkan oleh industri kerajinan kayu  dalam negri tetapi juga menjadi incaran pengrajin kayu dari negara Italia yang terkenal piawai dalam menciptakan kreasi handscraft kelas dunia.
Peluang Pasar
Beragamnya penggunaan kayu jati yang menyebabkan tingginya permintaan akan bahan baku kayu jati selama ini, tidak diimbangi denga laju produksii tanamannya, Hal ini dapat dibuktikan dari data Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa kebutuhan jati olahan untuk Indonesia saja sebesar 2.5 juta m3 per tahun, Jumlah tersebut ternyata baru dapat terpenuhi sebesar 0,8 juta m3 per tahun, Dengan demikian terdapat kekurangan pasokan jatii olahan di dalam negri sebesar 1,7 juta m3 per tahun, kemudian pada tahun 2008 angka pasokan tersebut merosot sangat tajam  dari 0,8 juta m3 menjadi 0,66 juta m3.

Selama ini pasokan kayu jati utama di Indonesia didominasi oleh PT.Perhutani, Berdasarkan data, produksi  kayu jati yang dikelola oleh PT.Perhutani rata rata 800.000 m3 per-tahun, Dari Total produksi tersebut sekitar 85 %-nya dijual dalam bentuk Log (batangan gelondongan) sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri milik PT.Perhutani dan Industri Mitra kerja sama pengolahan (KSP) Perhutani dengan swasta.

PT.Perhutani hanya mengeluarkan kayu dalam bentuk logs untuk kebutuhan industri swasta sebanyak 762.654.M3. (Tabel1), Padahal kebutuhan kayu jati sebagai bahan baku industri mebel untuk sekitar  1.500 perusahaan adalah sekitar 2 juta m3.

Hal ini berarti peluang dapat dimanfaatkan oleh pengebun kayu jati baik perorangan maupun perusahaan swasta, sebagaimana rencana penanaman pohon jatii unggul/jatimas/jatii genjah.

Tabel.1 .Distribusi Produksi Jati PT.Perhutani Tahun 2005-2008

No.

Tahun
Produksi
Penggunaan Logs Jati (m3)

Industri Swasta
PT.Perhutani
Industri
Perhutani
Mitra KSP

Total
1
2
3
4
2005
2006
2007
2008
706.569
567.716
726.654
927.354
84.279
79.883
59.676
82.276
36.682
46.219
38.540
42.978
120.961
126.102
98.216
125.254

Jika dilihat dari harganya, nilai rupiah yang diperoleh dari kayu jati tidak disangsikan lagi, karena harga jualnya selalu meningkat dari waktu kewaktu, Sebagai ilustrasi harga jual didalam negri (data Tahun 2009) untuk kayu jati gergajian adalah Rp.sekitar Rp.6 - 8 juta /M3 dan harga jual jati dipasaran luar negri (pasar eksport) rata rata sekitar Rp.17 juta /m3.

Jika jati gergajian kayu jati diolah didalam negri dan kemudian hasilnya dieksport dalam bentuk mebel, keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar yakni 2,6 kali lipat.                                                 
Sebagai contoh : 1 m3 kayu jatii gergajian dengan harga.Rp.8 juta dapat menghasilkan 10 buah meja lipat oval,dengan harga satuan $ US.305, atau setara dengan Rp.2.895.000,-maka dalam 1 m3 setara denga 10 meja oval akan menghasilkan Rp.28.895.000,- sementara itu 1 container mampu memuat 142 bahan jadi (knock down) maka 1 container bernilai $ US 305. x 142 = 43.310, Added Value (nilai tambah) yang dihasilkan dari bahan baku menjadi produksi jatii sebesar 267 %, angka ini diperoleh dari perbedaan harga dasar kayu jatii dengan harga jual mebel jadi (jati olahan).

Untuk jenis meja mebel lain dari bahan jati yang memiliki pasaran cukup luas di luar negri adalah folding square table (meja lipat persegi) Sementara itu jenis kursi berbahan jati yang banyak disukai adalah steamer chair (kursi lipat untuk berjemur yang biasa ditempatkan dipinggir kolam renang keluarga) adjustbale folding chair (kursi taman knock down) dan folding slat chair (kursi meja makan dirumah makan atau restoran)

Negara peng-import utama jati asal indonesia  adalah Amerika Serikat,Taiwan, Hongkong,Korea, India dan Uni Emirat Arab, serta Italia untuk handcraft.     
                                                                                 
Selama tahun 2007-2009, eksport kayu jati indonesia untuk negara negara importir tersebut mengalami peningkatan yang sangat tajam. Peningkatan tersebut tidak hanya dari volume eksport tetapi juga nilai eksport dalam $ USD. (Tabel-2 dan Grafik)

Tabel 2 Perkembangan eksport jati Indonesia 2007-2009

Tahun
Volume (kg)
Nilai $ US
2007
71.400
117.236
2008
83.840
124.188
2009
               141.950
196.432

Peluang Jati unggul
Besarnya permintaan dan tingginya harga jual kayu jati ternyata tidak dibarengi dengan pasokan bahan baku  yang memadai. Sehingga kesenjangan pasokan semakin membengkak dari waktu kewaktu, Jika dilihat dari  pembudi dayaan, hal ini tentunya menjadikan peluang usaha atau peluang usaha penanaman jati semakin cerah dan menjajikan.

Kesempatan itu tentunya masih sulit diraih jika penanaman jati masih mengandalkan  cara cara lama , tanpa menggunakan terobosan teknologi maju, Sebabnya secara convensional pemanenan jati harus menunggu lama karena pada umumnya panen jati paling cepat baru bisa dilakukan setelah jati berumur 30 – 60 tahun ( one generation) atau yang biasa dilakukan  adalah umur 40 tahun, Ini jelas merupakan jangka waktu  yang sangat lama dan sangat tidak menguntungkan jika ditinjau dari segii ekonomi, yakni keuntungan yang akan diperolehpun  akan lama dan kadang kadang tidak terlepas dari resiko kerugian baik akibat serangan hama maupun kerusakan akibat bencana alam.

Sejak akhir dekade 1990-an atau awal tahun 2000 ternyata kesempatan bagi masyarakat yang akan menanam jati sebagai komoditas bisnis terbuka lebar lantaran hadirnya tanaman jati kelas unggul dari bibit hasil kultur jaringan. Tanaman jati unggul ini sudah dapat dipanen 6-10 tahun. Hal ini berartii seper empat usia  jati biasa (convensional)     Tentunya kenyataan ini i menghapus kesan bahwa bercocok tanam jati merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan penantian waktu panen yang sangat lama.

Jati Mas “Komoditas yang layak menjadi pilihan usaha pertanian”

Jati Emas merupakan bibit unggul hasil teknologi kultur jaringan dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar, Jati emas ini sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand, Sementara itu penanaman jati emas di Malaysia secara meluas dilakukan pada tahun 1990 dan di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dengan penanaman jati emas  hingga 1 juta pohon di daerah Indramayu  Jawa Barat. Untuk perbandingan,  tanaman jati emas berumur 5-7 tahun sudah mempunyai batang dengan diameter 27 cm dan tinggi pohon mencapai 16 meter, pada umur yang sama  jati biasa  (Konvensional) diameter batangnya baru sekitar 3,5 cm dan tinggi pohonnya sekitar 4 meter, dalam tabel berikut inii ditampilkan perkiraan hasil panen kayu jati emas:

Tabel 4 Perkiraan hasil panen kayu jati emas
(Asumsi 2000 pohon/ha)

Uraian
Masa Panen
Tahun ke
5
Tahun ke 10
Tahun ke 15

Panen     (pohon)
Sisa        (pohon)
Tinggi     (m)
Diameter (Cm)
Volume   (m3)


1.000.
1.000.
12
20
300

350
650
15
27
238

650
0
17
37
949
Sumber      : Seameo Biotrop dalam Bisnis Indonesia 23/10/2001
Keterangan : Hasil kayu 3 kali panen (15 tahun) adalah : 1.470 M3/ha

Teknik Budidaya

a. Persyaratan Lahan Kebun
Jati emas cocok ditanam diperkebunan yang berada di daerah tropis, sebagaimana umumnya Umumnya tanaman jati, jati emas juga termasuk tanaman pioner yang dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, kecuali tanah gambut atau rawa. Meskipun demikian, tanah yang ideal untuk penanaman jati emas adalah jenis tanah aluvial dengan ph 5-8, ada juga literatur yang meyebutkan bahwa jati emas  sangat menyukai tanah yang banyak mengandung kapur,Topografi tanah dengan kemiringan kurang dari 20 %.

Jati emas dapat tumbuh dengan baik jika ditanam  di daerah dataran rendah  (50-80 m dari permukaan air laut) ada literatur lain menyebutkan bahwa jati mas bisa ditanam di lokasi yang berada di ketinggian 0 – 700 m di atas permukaan laut. Artinya lokasi yang dekat pantaipun dapat dijadikan tempat penanaman jati mas.

Pada  umumnya jati  sangat tidak tahan dengan kondisi genangan air, sehingga dalam penanaman jati mas mutlak dibutuhkan system drainase  yang baik dengan solum atau bagian atas tanah yang telah  mengalami pelapukan  yang cukup dalam. Tanah yang bersolum dalam ini yakni kedalaman  di atas 100 meter mempunyai kemampuan menyerap air yang lebih besar dan mampu menyimpan cadangan air yang dibutuhkan oleh akar tanaman.

b.Persyaratan curah hujan
Kisaran curah hujan yang disukai adalah 1.200 –2.500 mm per tahun dengan  3 –5 bulan kering atau curah hujan kurang dari 50 mm perbulan. Temperatur berkisar 19. – 36  derajat celcius yang merupakan temperatur normal untuk daerah tropis, Sementara ini intensitas cahaya yang dibutuhkan 75-100 %.

Daerah Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang, yang memilikii agriklimat tanah yang memenuhi persyaratan dan kondisi sebagaimana penjelasan persyaratan lahan kebun, karena didaerah ini merupakan pengembangan tanaman jati convensional, dan beberapa contoh penanaman jati genjah sudah dilakukan dengan hasil pada saat usia 4 tahun, ketinggian sudah mencapai 14 meter dan diameter 32 cm, ini menandakan adanya kecocokan persyaratan lahan yang dibutuhkan, baik curah hujan,ketinggian Dpl, kemiringan tanah,memudahkan dalam pembuatan drainase, serta kecukupan air dan mengandung perkapuran maka lokasi ini ditetapkan sebagai lokasi pengembangan penanaman pohon jati emas, disamping untuk budidaya juga akan difungsikan sebagai pagar hidup pada areal, agribisnis serat pisang abaca dan pengembangan usaha penggemukan sapi potong.

Persyaratan lain bahwa lokasi yang diarahkan bagi budi daya penanaman pohon jati emas ini, jauh dari lokasi kawasan industri (pabrik), karena pada umumnya pabrik menimbulkan polusi gas , Diantara gas yang dikeluarkan pabrik adalah gas sulfur dioksida  (SO2). Karbon dioksida (CO2) dan hidroflorida, gas pabrik yang terlepas ke atmosfir selanjutnya menyebabkan akan  hujan asam sehingga menimbulkan kerusakan jati emas

Dan untuk memudahkan pengangkutan bibit pupuk dan kebutuhan lainnya lokasi penanaman jati emas  akan dibuat jalur2 akses jalan masuk untuk menjangkau ke tengah tengah perkebunan untuk memudahkan pengontrolan tanaman maupun keamanan. maka dibeberapa tempat akan dibuatkan pos jaga yang berfungsi untuk  macam macam keperluan yang akan ditempatkan beberapa petugas securityi.

Pola Penanaman

a.Pola Tanam
Penanaman Jati Emas dilakukan dilokasi yang sudah terpilih dan telah memenuhi persyaratan tanam, baik teknis maupun ekonomis, Sistem penanaman jati Emas yang umum dilakukan ada 2 caram yakni mono kultur dan secara polikultur atau tumpang sari, Dalam prakteknya tumpang sari dibagi klagi menjadi 2 jenis, yang tumpang sari tanaman semusm, atrau palawija dan tumpang sari tanaman tahunan  (interflanting).                            

Selain itu ada juga yang melakukan  penanaman jati dengan sistym budi daya lorong (alley crooping) dan sebagai tanaman konservasi.

Dalam penanaman jati emas sistem monokultur diareal penanaman hanya terdapat tanaman tunggal yakni hanya tanaman jati emas. Keuntungan dari system monokultur ini adalah untuk luas yang sama jumlah populasi jati yang ditanam menjadi lebih banyak, disampoing itu pada waktu pemanenan akan lebih mudah, karena tidak akan mengganggu tanaman lain, tapii Kerugiannya  adalah jika terjadi serangan hama penyebarannya berlangsung dengan mudah,tanpa terhalang pohon lain dengan mudah penyebarannya dari pohon jati ke pohon jati lainnya yang berjalan dengan cepat.

Selanjutnya penanaman sestem polikultur memerlukan penjarangan jarak tanaman jati  untuk memberi tempat bagi tanaman lainnya (tanaman sela) yang ikut ditanam di areal tersebut. Keuntungan system polikultur adalah selain diperoleh hasil panen berarti juga akan diperoleh hasil panen berupa tanaman yang ditumpangsarikan tersebut. Secara teoritis dengan adanya selang seling tanaman dengan jenis tanaman lain penyebaran hama dan penyakit tidak secepat dengan sistem monokultur, masalah yang mungkin akan timbul adalah pada saat panen, yakni adanya kemungkinan kerusakan tanaman pendamping. Hal ini dapat tertanggulangi dengan pola tanam yang diatur kapan akan dilakukan pemanenan jati dan kapan berahirnya tanaman tumpang sari tersebut 

Dalam prakteknya, pula polikultur jati emas bisa saja dilakukan di lahan tanaman jenis lain yang sudah ditanam terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini tanaman jati dijadikan tanaman sela. Demikian pula sebaliknya, tanaman jati ditanam terlebih dahulu  dan tanaman lain digunakan sebagai tanaman sela, hal ini bisa berlaku pada pemeliharaan tumpang sari palawija atau tumpang sari interplanting yang biasa dilakukan dengan tanaman jati adalah tanaman kelapa sawit dan kakao (coklat) namun tidak tertutup kemungkinan tumpang sari dengan tanaman perkebunan lainya seperti salak, kemiri, lada, dan pisang buah, atau berbagai jenis tanaman semusim seperti jagung,ubi jalar,cabai, terung.

Di luar pola tanam diatas, ada petani yang menanam jati bukan sebagaii tanaman utama , melainkan sebagai tanaman pringgan atau tanaman pembatas. Dalam hal ini, tanaman jati ditanam di sepanjang garis batas lahan perkebunan, Keuntungan yang bisa diperoleh adalah memperjelas batas lahan dengan lahan milik orang lain dalam kurun waktu yang lama.dan dapat melindungi tanaman inti (misalnya kelapa sawit atau pisang produktif) dari terpaan atau tiupan angin kencang. 

b. Pola Tanam
Pilihan Pola Tanam sebaiknya teknik pelaksanaan penanaman jati emas dengan system Policultur, yakni dengan tanaman sela (tumpangsari). Yang pertama,  dengan penanaman tanaman semusim dan yang kedua dengan  tanaman tahunan pada sebagian kecil area. Pola dimaksud pada pola tanaman semusim adalah tanaman yang dapat menghasilkan bahan baku pangan ternak dan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari para petani (pemelihara areal tanaman Jati). Sedangkan pola dengan tanaman tahunan,untuk tanaman yang menghasilkan bahan baku industri (buah jarak, bunga matahari dll).

C.Jarak tanam
Berdasarkan informasi yang disebarkan oleh beberapa produsen bibit jati, jumlah populasi penanaman per hektar lahan untuk sistem monokultur bervariasi , tergantung dari jarak tanam yang digunakan. Sebagai contoh, untuk jati unggul menggunakann jarak tanam 2,5 x 2,5 meter yakni 2,5 meter arah utara selatan dan 2,5 meter arah timur barat dengan total populasi penanaman jati  1600 pohon per hektar. Sementara itu jati super yang dikebunkan  menggunakan jarak tanam 2 x 3 meter  atau 2 meter arah utara selatan  dan 3 meter arah timur barat dengan total populasi 1.660. pohon per hektar.

Dalam pemeliharaan sistem tumpang sari palawija, jarak tanam yang umum diterapkan adalah 2,5 x 5 meter (800 pohon per hektar), Jarak sisa merupakan tempat yang dapat digunakan untuk penanaman tanaman lain.(tanaman lorong).

Proses penjarangan hanya dilakukan satu kali yakni pada saat usia 6 tahun, jadi jika tidak dilakukan penjarangan jarak tanam yang digunakan 3 x 6 meter dengan populasi sekitar 500 – 550 m.

Adapun jenis jenis tanaman lorong yang dimaksud dapat diatur sebagai berikut :

-          Musim tanam I         : Cabe, terung, nilam (6 bln)
-          Musim tanam II        : Jagung kedelai, kacang panjang (4 bln)
-          Musim tanam III       : Kacang tanah, buncis, mentimun (4 bln)
-          Musim tanam IV      : Ubi kayu, ubi jalar, ubi talas (9 bln)
-          Musim tanam V       : Kunyit kapulaga,jahe gajah (14 bln

Catatan : Total waktu pemanfaatan lorong lebih kurang 36 bulan.


Teknik Penanaman
Pada umumnya, teknik penanaman jati relatif sama untuk semua sistem penanaman, baik mono kultur,polikultur, budi daya lorong maupun sebagai tanaman pembatas dimulai dengan persiapan lahan, pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk dasar, dan penanaman bibit.

 a.Persiapan Lahan
Persiapan lahan dimulai dengan pembukaan lahan, dalam hal ini lahan dibersihkan  dari tegakan tegakan pohon dan semak semak  atau disebut (landclearing) Pembersihan ini dilakukan dengan membongkar pohon pohon dan semak semak sampai ke akar akarnya. 
                                                        
Untuk lahan yang sebelumnya ditumbuhi alang alang selain dilakukan pembersihan perlu dilakukan dengan pengolahan dengan pencangkulan. Pengolahan ini juga perlu dilakukan jika akan melakukan penanaman tumpang sari dengan tanaman lain.

b.Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan cara memasang pancang  (ajir) terlebih. Pemasangan ajir ini mengikuti arah larikan dan jarak tanam yang telah ditentukan selanjutnya didekat ajir tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran tergantung dari ukuran container bibit (polibag)

Dalam hal ini  ukuran lubang harus lebih besar dari pada ukuran lantai akar  bibit dibawah polibag. Biasanya ukuran yang umum untuk bibit jati adalah 30 x30x30 cm (panjang x lebar x kedalaman. Namun untuk lebih baiknya dibuat  lubang dengan ukuran yang lebih besar yakni 50x50x50 cm. Tanah bagian atas (topsoil) yang mengandung humus yang diangkat saat membuat lubang tidak dibuang atau tercampur dengan tanah dari bagian yang lebih dalam. Kerenanya saat pembuatan lubang topsoil ini harus diletakan salah satu sisi lubang.

c. Pemberian Pupuk Dasar
Lubang tanam diberi pupuk dasar , Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik (pupuk kandang) dengan dosis 1-2 kg /perlubang dicampur dengan pupuk an organik, yakni kaptan atau dolomit 50-100 gram/lubang dan NPK (15:15 :15) sebanyak 50 gram/lubang. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mencapurkannya dengan tanah lapisan atas (top soil) kemudian menempatkannya dibagian dasar lubang tanam.

 d. Penanaman Bibit
Setelah lubang tanam diberi pupuk dasar, penanaman bibit sudah dapat dilakukan. Bibit yang ditanam adalah ukuran siap tanam dengan ketinggian 15-20 cm. Penanaman sebaiknya dilakukan pada kondisi cukup air selama 3 bulan pertama. Hal ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan pengairan (irigasi untuk penyiraman tanaman) atau melakukan penanaman pada awal musim hujan.  Curah hujan ideal untuk penanaman yitu jika sudah mencapai 100 mm dan merata. Disamping itu,  untuk menghindari evapotranspirasi yang berlebihan dari bibit jati, penanaman disarankan pada saat langit berawan atau cuaca teduh.

Cara penanaman bibit adalah dengan mengeluarkan dari polibag dan biasanya bibit dalam polibag ini akarnya masih tertanam pada rootrainer atau bumbung (media tanam kultur jaringan). Bibit dari rootrainer dikeluarkan dengan cara mengetuk bagian atas rootrainer.  Setelah bibit keluar  akar, bagian bawah dan samping yang melingkar harus dipotong agar tidak tertanam terlipat dalam lubang tanam. Disamping itu, harus dihindari penanaman dengan akar tunggang terlipat karena tidak baik untuk pertumbuhan tanaman.

Bibit ditanam tegak sedalam leher akar. Tanah yang digunakan untuk menutupi lubang tanam hendaknya tanah yang gembur. Jika diperlukan, bibit yang baru ditanam diikat pada ajir agar tegak dan tidak mudah goyang saat ditiup angin.

Teknik Pemeliharaan 
Teknik pemeliharaan jati mencakup kegiatan penyulaman,penyiangan tanaman atau pengendalian gulma, pendangiran, pemupukan susulan. Pemangkasan cabang dan penjarangan pohon (tegakan).

a.Penyulaman
Selama proses pemeliharaan berlangsung, penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau rusak sehingga populasi tanaman dapat dipertahankan jumlahnya. Selama awal pemeliharaan yakni 1-2 tahun, frekuensi penyulaman maksimum 2 kali setahun. Tanaman yang disulam selama masa pemeliharaan adalah tanaman yang mati, tanaman yang tidak sehat atau terserang penyakit, dan tanaman jelek (patah,bengkok dan gundul)

b. Penyiangan atau pengendalian gulma
Penyiangan tanaman adalah kegiatan pengendalian gulma atau tanaman pesaing untuk mengurangi jumlah populasinya. Gulma dikendalikan karena menjadi pesaing jati dalam memperoleh cahaya, kelembaban tanah, dan nutrisi. Gulma yang harus diberantas adalah alang alang, rumput rumputan dan tanaman pengganggu lainnya.
           
Penyiangan gulma dilakukan, baik pada musim kemarau maupun musin hujan. Frequensi penyiangan minimum 3-4 bulan sekali dalam satu tahun saat jati berumur 1- 2  tahun. Selanjutnya, penyiangan minimal  dilakukan 6 – 12 bulan  sekali sampai tanaman dipanen. Sasaran penyiangan adalah agar jarak 1-3 meter dari tanaman jati bebas dari gulma. Penyiangan diahiri setelah tanaman jati mampu bersaing dengan tanaman liar  terutama dalam memperoleh cahaya matahari, biasanya sampai jati berumur 4 tahun

Alat yang digunakan adalah pacul arit, atau parang. Pembersihan gulma dilakukan dengan cara pembabatan dan pengolahan tanah. Tumpukan gulma yang dibabat disingkirkan dan dibiarkan membusuk untuk dijadikan kompos. Atau dikumpulkan pada satu tempat sebagai bahan campuran pada pengolahan pupuk dari kotoran hewan.

c. Pendangiran      
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman jati untuk memperbaiki sifat fisik tanah (drainase tanah). Dampak positif dari pendangiran adalah dapat memacu pertumbuhan tanaman jati. Pendangiran dilakukan terhadap tanaman yang berumur 1 – 4 tahun dan dilakukan 1-2 kali dalam setahun, pendangiran harus lebih sering dilakukan jika jati ditanam ditanah yang bertekstur keras atau berat. Pendangiran dilakukan 1-3 meter disekeliling pohon jati dengan menggunakan cangkul.

Harus diperhatikan, pencangkulan tidak dilakukan terlalu dalam karena bisa memotong akar tanaman.

d. Pemupukan susulan
Selama pemeliharaan perlu dilakukan pemupukan susulan.  Pemupukan susulan akan meningkatkan kesuburan tanah dan secara tidak langsung menambah bahan makanan bagi jati. Pemupukan dilakukan pada saat jati berumur 1-3 bulan, kemudian diulangi lagi saat berumur 6-12 bulan sampai tinggi tanaman melampaui tinggi gulma. Jenis pupuk yang digunakan NPK (15:15:15) dengan dosis 30 – 100 gram per tanaman  (pemupukan pertama)  dan pada pemupukan kedua (umur 6 bulan) dosisnya 2 kali lipat dosis pertama.

Sebelum dipupuk, tanah di sekeliling tanaman disiangi dan dibuatkan lubang (lorakan) melingkar di sekeliling batas tajuk tanaman sedalam 5-10 cm. Untuk tanaman yang lebih besar (lorakan dibuat lebih dalam sekitar 15 cm). Selanjutnya pupuk disebarkan secara merata ke dalam lorakan, kemudian lorakan ditutup dengan tanah.

e. Pemangkasan Cabang
Cabang cabang jati yang tidak diperlukan harus dipangkas.  Pemangkasan cabang ini merupakan kegiatan pembuangan cabang bagian bawah  untuk memperoleh batang bebas  cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu. Hal ini akan meningkatkan kualitas  kayu jati. Pemangkasan cabang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penjarangan tegakan pada musim kemarau. Frequensi pemangkasan cabang mengikuti Frequensi penjarangan dengan intensitas  30 % yakni 30 % cabang dipangkas dan sisanya 70 % dibiarkan.

Pemangkasan dilakukan dengan pisau atau gergaji pruning dan gunting. Gergaji pruning digunakan untuk pemangkasan cabang yang ukurannya agak besar. Gunting digunakan untuk menggunting tunas kaki atau cabang yang kecil. Pemotongan cabang yang berada di bagian atas dapat menggunakan tangga.

Teknik pemangkasan ini harus dilakukan rata dengan batang, yakni di pangkal cabang (dekat batang pohon). Untuk menghindari  kontak dengan bibit penyakit, luka bekas pemangkasan sebaiknya ditutup dengan bahan penutup luka seperti ter atau parafin. Pemangkasan yang terlalu dalam  atau sebaliknya cabang masih menempel dibatang akan menyebabkan  cacat atau bagian mata membusuk  sehingga kayu mudah terserang penyakit.

Selain pemangkasan cabang, pewiwilan perlu dilakukan saat jati berumur 6 bulan. Tujuannya untuk mendapatkan batang pokok yang tunggal  (tidak bercabang) sekaligus menghilangkan tunas yang akan menjadi cabang.

f. Penjarangan Tegakan
Penjarangan tegakan adalah tindakan pengurangan jumlah batang persatuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon. Pengurangan ini dimaksudkan  untuk mengurangi persaingan  antar pohon dan meningkatkan kesehatan pohon yang tersisa yakni pohon yang akan dipanen  pada tahap akhir,                                                                                                            

Tujuannya penjarangan adalah memacu pertumbuhan dan meningkatkan kualitas  dan kuantitas tegakan. Artinya, dengan adanya penjarangan  pohon yang tersisa akan tumbuh lebih cepat dan kayu yang dihasilkan bermutu. Kegiatan penjarangan  sebaiknya dilakukan pada musim kemarau karena pada intinya penjarangan itu sebagai penebangan.

Dalam penanaman jati, sistem penjarangan yang dilakukan (penjarangan I dan II) sekaligus merupakan panen antara, atau panen yang dilakukan sebelum panen terakhir. Hal ini dapat terjadi pada jati ini, karena pertumbuhannya yang cepat  sehingga proses penjarangan dapat dimanfaatkan untuk meraih pemasukan. Penjarangan seperti ini disebut sebagai penjarangan sistimatis.

Penjarangan yang bisa dilakukan untuk jati adalah membuang tegakan yang mutunya kurang baik. Dalam hal ini, pohon yang dimatikan adalah pohon yang cacat atau sakit, pohon yang bentuk dan kualitasnya kurang baik dan pohon kerdil. Contoh cacat pada pohon jati adalah bengkok, pangkal batang berlubang, luka terbakar, luka tebangan, benjol, beralur atau bergerigi.

Untuk lebih praktisnya dalam Tabel 7 berikut ini disajikan ringkasan kegiatan selama pemeliharaan :

Tabel 7 Ringkasan kegiatan selama pemeliharaan
No
Kegiatan Pemeliharaan
Waktu/Bulan setelah tanam
0
3
6
9
12
18
24
1



2
3
4
Pemupukan
-Pupuk kandang (kg/Lubang)
-Kasptan/dolomit (gr/lubang)
-NPK (15:15:15) (gr/lubang)
Pengendalian Gulma
Pemangkasan tunas
Pengendalian hama & penyakit


1-2
50-100
50




50
*

*



100
*

*



100
*
*
*



100
*

*



150
*

*



150
*

*
Sumber PT.KALTIMEX JAYA GROUP

g. Panen
Seperti umumnya budi daya tanaman penghasil kayu, panen jati unggul dapat dilakukan dengan cara total, atau selektif. Panen Total adalah penebangan seluruh pohon dalam satu areal penanaman.  Panen selektif adalah penebangan terhadap pohon dengan kriteria tertentu, misalnya berdasarkan diameter batangnya. Jati unggul yang memiliki laju pertumbuhan cepat saat berumur 6-10 tahun sudah dapat dipanen, diperkirakan diameter jati ini pada usia ini sudah mencapai 27-30 cm.

Sebenarnya usia jati yang akan dipanen tergantung dari tujuan pemanfaatan kayunya, sehingga selain dilihat dari diameter kayunya, perlu dipertimbangkan kualitas kayunya. Kualitas kayu jati tergantung dari usia batangnya, semakin tua umurnya.semakin tinggi pula kualitas kayunya, terutama jika persentase teras kayunya sudah semakin besar.

Tidak ada aturan petunjuk khusus  dalam pemanenan kayu jati. Cara pemanenanya adalah pohon jati yang akan ditebang harus diteres  terlebih dahulu atau dibuang kulitnya. Kulit di sekeliling batang dibuang habis , termasuk kambiunnya dengan menggunakan pisau parang atau peralatan lainnya. Tujuannya,  agar suplai makanan  dari akar ke daun melalui batang terputus di bagian yang diteres, sehingga tanaman akan mati. Tinggi tempat peneresan maksimum 20 cm dari atas tanah. Meskipun demikian, ada orang  yang melakukan pe-neres-an lebih rendah yakni mendekati akar untuk mendapatkan volume kayu yang lebih banyak

Mutu kayu jati juga ditentukan oleh lamanya proses pe-neres-an. Semakin lama proses pe-neres-an, kayu jati akan kering benar dan mutunya lebih baik. Proses pe-neres-an juga meminimalkan kandungan selulosa kayu sehingga kayu lebih awet, dan tidak mudah dimakan rayap. Karenanya, penebangan dilakukan  paling cepat 1 tahun dan paling lambat 2 tahun setelah diteres. Jika saat penebangan, jati yang sudah diteres masih ada getahnya, sebaiknya penebangan ditunda hingga tahun berikutnya.

Pada saat penebangan, harus diperhatikan arah rebahnya (tumbang). Hal ini ini untuk menghindari kerusakan tanaman atau pohon lain yang ada disekitarnya (terutama jika menggunakan penanaman sistem tumpang sari) dan untuk menghindari rebahnya pohon ke arah lokasi  yang berbatu. Jika pohon pohon jati yang sudah kering ditebang dan mengenai batu, dikhawatirkan  kayu akan patah atau pecah, sehingga kualitasnya rendah dan volume kayu yang dimanfaatkan berkurang.

Penanggulangan Hama dan Penyakit

A. Langkah Indentifikasi.
Meskipun memiliki keunggulan sebagai Jenis jati yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit , bukan berarti jati unggul ini tidak beresiko terserang hama dan penyakit. Hal ini disebabkan  hampir tidak ada lahan penanaman jati baik berupa kebun maupun hutan yang sama sekali terbebas dari dari populasi hama dan penyakit.

Penanggulangan hama dan penyakit pada dasarnya adalah tindakan untuk mengatur populasi penyebab hama dan penyakit tanaman jati yang ditanam diareal  perkebunan. Dengan penanggulangan ini,  populasi  hama dan penyakit tidak menimbulkan kerusakan yang berarti, sehingga kualitas dan kuantitas  jati dapat ditingkatkan atau mencapai hasil panen yang optimal.

Tanaman atau pohon dikatakan rusak atau sakit jika timbul gejala gejala atau tanda tanda  kerusakan pada bagian tanaman. Bisa pula tanaman tersebut tumbuh secara tidak normal yang mengakibatkan produksinya mengalami kemunduran bahkan mengalami kematian.

Hama: adalah semua organisme hidup, seperti serangga, hewan dan tanaman yang mengakibatkan kerusakan tanaman atau pohon, termasuk kerusakan biji dan bibit.

Penyakit: adalah induk pengganggu yang mengakibatkan perubahan fisiologis tanaman, penyebab penyakit adalah virus, mematoda, jamur, bakteri, iklim, kekurangan gizi dan parasit seperti benalu.

Agar dapat menanggulangi  serangan hama dan penyakit, harus dilakukan tindakan  indentifikasi terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang  dan tingkat serangannya, sehingga ditemukan metode penaggulangan atau pengendaliannya.                                                                
Langkah langkah yang ditempuh dalam melakukan indentifikasi sebagai berikut :
  1. Mempelajari gejala gejala atau tanda tanda yang ditimbulkan oleh   serangan hama dan penyakit.
  2. Mempelajari sifat serangan, yakni kelompok, terpencar atau merata.
  3. Meng-inventarisasi tanaman yang terserang sekaligus, serta memonitorperkembangan dan pertumbuhannya dalam waktu tertentu, Tujuannnya untuk mengetahui pengaruh serangan dan besarnya intensitas  serangan.
  4. Mempelajari perilaku dan siklus hama atau penyakit penyebab   dari kerusakan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasinya. Dengan demikian dapat diketahui dan diputuskan cara pengendaliannya.pelajari.
B. Jenis Hama dan Penyakit

a.    Hama
Hama dan penyakit yang kemungkinan dapat menyerang jati unggul pada umumnya adalah semua jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman jati biasa. Diantara sekian banyak jenis hama jati yang banyak ditemukan, pada dasarnya dapat dikelompokan berdasarkan sasaran serangannya sebagai berikut:

1. Hama akar
Hama akar adalah uret (Lepidiota sigma F) dan uter uter (Phasus damor Moore) hama ini menyerang didaerah perakaran., yakni menggerek pangkal batang sampai ke akar tunggang.

2. Hama Batang
Hama batang bisa berupa inger-inger atau rayap (Neotermes tectonae Damm) bubuk kayu basah, dan oleng oleng (Duomitus ceramicus) serangan hama ini ditandai lubang gerekan.

 3.Hama Daun
Hama daun berupa ulat daun jati (Phyrausta machareelis), entung jati,dan belalang, hama jenis ini menyebabkan kerusakan daun jati.


b.    Penyakit
     Jenis jenis penyakit yang lazim menyerang jati dikelompokan berdasarkan penyebab sebagai berikut
  1. Penyakit akibat serangan bakteri. Paling banyak ditemukan adalah Penyakit akibat serangan bakteri Pseudomonas solanacearum Smith dan Pseudomonas tectonae
  2. Penyakit akibat serangan jamur
  3. Penyakit akibat serangan nematoda
  4. Penyakit akibat serangan virus, Penyakit akibat serangan jamur umumnya disebabkan oleh jamur upas (Corticium salmonicolor)
c. Teknik pengendalian
Pengendalian hama dan penyakit yang sifatnya pencegahan dapat dilakukan sejak persiapan lahan melalui pengawasan yang intensif, pemupukan yang sesuai dengan petunjuk, dan pengaturan drainase  yang baik. Pada intinya, pencegahan lebih bersifat  menciptakan kondisi lingkungan atau sanitasi yang baik.

Pengendalian yang berupa pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan sedini mungkin  saat populasi hama  dan penyakit masih rendah. Pengendalian  dilakukan secara mekanisme dan secara kimiawi. Secara mekanis melalui tindakan menangkap atau mengumpulkan hama dan memusnahkanya. Sementara secara kimiawi, berupa pemberian insektisida jenis tertentu, diantaranya,  berupa penyemprotan sesuai dengan dosisi yang dianjurkan dilabel obat yang digunakan.

Usaha budi daya penanaman pohon Jati Mas, bila dilihat dengan perhitungan secara rinci, baik dari mulai dari pengadaan bibit sampai dengan pemasaran, seluruhnya sangat dimungkinkan untuk bisa dilaksanakan secara sungguh sungguh baik pengelolaannya maupun menurunkan investasinya. Dengan demikian, investasi atau budidaya penanaman pohon Jati Mas bukanlah investasi jangka panjang, tapi terbukti dengan perhitungan selama 6-7 tahun diasumsikan dapat mengembalikan investasi yang ditanam lebih dari 5 x lipat dengan nilai yang cukup signifikan.

ANALISA USAHA JATI MAS
 Arus Kas / Cash Flow Usaha Jati Mas
Analisa Rugi Laba Usaha Jati Mas
Neraca
 
Catatan:
Tumpangsari pada tanaman Jati Mas hasil sepenuhnya untuk menambah kesejahteraan karyawan dan tenaga kerja perusahaan.

KOLEKSI LENGKAP TENTANG TANAMAN OBAT, KEGUNAAN DAN KHASIATNYA

PLUS GRATIS 970 
(ebook-jurnal-artikel-panduan budidaya dll.)
Klik info selengkapnya di sini

















 

Tidak ada komentar: