Musim kering di Indonesia
diprediksi akan lebih panjang dan bisa mengancam produktivitas bahan
pangan. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan
kekeringan akan melanda Indonesia lebih panjang. Musim hujan di
Indonesia diperkirakan baru akan terjadi pada bulan Oktober nanti.
Menurut BMKG, musim kering yang panjang
ini diperkirakan akan menambah luasan pertanian yang mengalami
kekeringan dan suit untuk ditanami komoditas pangan.
Dampak buruk dari musim kering memang sudah mulai tampak. Berdasarkan data Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementan, luas lahan yang kekeringan dari bulan Januari hingga Juli seluas 53.320 hektare dengan lahan yang puso seluas 1.358 hektare.
Dampak kekeringan terhadap pasokan dan
harga bahan pangan akan menjadi lebih buruk karena situasi global juga
sedang tidak baik. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pangan
dan Pertanian (FAO) memperkirakan kenaikan indeks harga pangan global
pada Juli 2012 memberi peringatan bahwa krisis pangan seperti pada
2007-2008 kembali mengancam.
Ekonom senior FAO, Abdolreza Abbassian,
mengatakan kekhawatiran itu didasari beberapa indikator kondisi yang ada
saat ini, yakni gabungan antara kenaikan harga minyak, naiknya konsumsi
biofuel, cuaca buruk, kebijakan pengetatan ekspor pangan, serta naiknya
harga gandum, yang bisa mengakibatkan harga pangan naik tinggi. Ancaman
krisis pangan akibat harga yang tinggi dan berfluktuasi akan
berlangsung dalam 10 tahun ke depan.Untuk mengantisipasi hal itu, FAO
meminta setiap negara harus memastikan stok pangan nasionalnya aman.
Sebagai negara yang kebutuhan pangannya masih bergantung pada pasokan impor, musim kering yang panjang dan kondisi global, kondisi musim kering yang panjang dan kondisi pasokan dan harga di tingkal global, perlu diantisipasi pemerintah.
Indonesia tidak bisa main-main dengan situasi ini. Tentu kita masih ingat belum lama ini, produsen tahu-tempe dibuat repot oleh kenaikan harga kedelai. Ironisnya, pemerintah tak bisa berbuat banyak untuk menjamin paokan dan stabilisasi harga komoditas yang menjadi salah satu bahan pokok masyarakat itu. Yang dilakukan justru langkah blunder dengan menghapuskan bea masuk impor kedelai.
Diperlukan strategi jangka pendek dan
jangka panjang untuk mengatasi dampak negatif dari musim kering yang
lebih lama serta meminimalisir ketergantungan impor.
Untuk jangka pendek, pemerintah bisa menimbun stok bahan pangan dengan memacu penyerapan beras oleh Bulog dan merealisasi impor beras dan bahan pangan lainnya dari mancanegara.
Sedangkan untuk jangka panjang,
pemerintah harus berusaha memperluas lahan pertanian, meningkatkan
produktivitas usaha tani dengan sejumlah program dan memberikan insentif
yang dapat merangsang petani untuk melakukan kegiatan budidaya
pertanian.
Kita tak bisa selalu menggantungkan kebutuhan pangannya pada impor. Pasalnya, harga pangan dunia sekarang tak semata ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran, melainkan juga oleh aksi spekulasi.
Sumber: agroindonesia
Artikel terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar