Selasa, 04 September 2012

Musim Kering dan Ketersediaan Bahan Pangan

Musim kering di Indonesia diprediksi akan lebih panjang dan bisa mengancam produktivitas bahan pangan. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan kekeringan akan melanda Indonesia lebih panjang. Musim hujan  di Indonesia diperkirakan baru akan terjadi pada bulan Oktober nanti.
Menurut BMKG, musim kering yang panjang ini diperkirakan akan menambah luasan pertanian yang mengalami kekeringan dan suit untuk ditanami komoditas pangan.

Dampak buruk dari musim kering memang sudah mulai tampak. Berdasarkan data Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementan, luas lahan yang kekeringan dari bulan Januari hingga Juli seluas 53.320 hektare dengan lahan yang puso seluas 1.358 hektare.
Dampak kekeringan terhadap pasokan dan harga bahan pangan akan menjadi lebih buruk karena situasi global juga sedang tidak baik. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan kenaikan indeks harga pangan global pada Juli 2012 memberi peringatan bahwa krisis pangan seperti pada 2007-2008 kembali mengancam.
Ekonom senior FAO, Abdolreza Abbassian, mengatakan kekhawatiran itu didasari beberapa indikator kondisi yang ada saat ini, yakni gabungan antara kenaikan harga minyak, naiknya konsumsi biofuel, cuaca buruk, kebijakan pengetatan ekspor pangan, serta naiknya harga gandum, yang bisa mengakibatkan harga pangan naik tinggi. Ancaman krisis pangan akibat harga yang tinggi dan berfluktuasi akan berlangsung dalam 10 tahun ke depan.Untuk mengantisipasi hal itu, FAO meminta setiap negara harus memastikan stok pangan nasionalnya aman.

Sebagai negara yang kebutuhan pangannya masih bergantung pada pasokan impor, musim kering yang panjang dan kondisi global, kondisi musim kering yang panjang dan kondisi pasokan dan harga di tingkal global, perlu diantisipasi pemerintah.

Indonesia tidak bisa main-main dengan situasi ini. Tentu kita masih ingat belum lama ini, produsen tahu-tempe dibuat repot oleh kenaikan harga kedelai. Ironisnya, pemerintah tak bisa berbuat banyak untuk menjamin paokan dan stabilisasi harga komoditas yang menjadi salah satu bahan pokok masyarakat itu. Yang dilakukan justru langkah blunder dengan  menghapuskan bea masuk impor kedelai.
Diperlukan strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk mengatasi dampak negatif dari musim kering yang lebih lama serta meminimalisir ketergantungan impor.

Untuk jangka pendek, pemerintah bisa menimbun stok bahan pangan dengan memacu penyerapan beras oleh Bulog dan merealisasi impor beras dan bahan pangan lainnya dari mancanegara.
Sedangkan untuk jangka panjang, pemerintah harus berusaha memperluas lahan pertanian, meningkatkan produktivitas usaha tani dengan sejumlah program dan memberikan insentif yang dapat merangsang petani untuk  melakukan kegiatan budidaya pertanian.

Kita  tak bisa selalu menggantungkan kebutuhan pangannya pada impor. Pasalnya, harga pangan dunia sekarang tak semata ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran, melainkan juga oleh aksi spekulasi.

Artikel terkait

Tidak ada komentar: