Senin, 06 Agustus 2012

Jamu untuk Ayam Buras

Ayam buras salah satu komoditas unggulan untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Pemeliharaannya mudah dan dapat dibudidayakan di lahan sempit. Pada umumnya, sistem pemeliharaan ayam buras di DKI Jakarta dilakukan secara intensif dengan dikandangkan secara terus-menerus. Sistem pemeliharaan ini akan meningaktkan resiko terjadinya wabah penyakit bila sanitasi lingkungan kurang baik dan tidak ada upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam buras tersebut. Tanaman obat tradisional Indonesia sangat potensial digunakan sebagaibahan pakan tambahan (feed suplement).  Untuk memudahkan penggunaannnya, tanaman obat tersebut diramu menjadi jamu yang dapat dicampurkan pada air minum ayam buras. Penggunaan jamu ayam buras ini tidak memerlukan persyaratan spesifik  sehingga mudah diterapkan dan jamu dapat dibuat sendiri atau dilakukan bersama dengan kelompok taninya.

Keunggulan pemberian jamu pada ayam buras dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mengurangi resiko kematian karena serangan penyakit. Keunggulan lain adalah meningkatnya bobot badan serta performance (warna dan aroma) yang lebih baik.  Cara pemberiannya mudah, hanya dicampurkan ke dalam air minum.

 Komposisi jamu ayam buras terdiri dari 1 kg kencur, 1 kg bawang putih, 0,5 kg jahe, 0,5 kg lengkuas, 0,5 kg kunyit, 0,5 kg temulawak, 0,25 kg daun sirih dan 0,5 kg kulit kayu manis. Semua bahan tersebut dihancurkan/diblender kemudian disaring dan disimpan dalam drum plastik berukuran 50 liter, ditambah molasses/tetes tebu dan larutan probiotik (M-Bio) masing-masing sebanyak 1 liter, lalu diencerkan dengan air bersih sampai campuran tersebut berjumlah 40 liter. Kemudian drum ditutup rapat dan difermentasi selama 6 hari, namun tutup drum selalu dibuka setiap hari selama lebih kurang 5 menit untuk mengaduk bahan yang sedang difermentasikan. Setelah proses fermentasi selama 6 hari, jamu tersebut siap digunakan. Jamu diberikan pada ayam dengan cara dicampur dengan air minum. Dosis pemberian sebanyak 90 ml/L air minum dan diberikan setiap 7 hari sekali. Walaupun sudah diberi jamu, program vaksinasi tetap dilakukan.

Hasilnya menunjukkan peningkatan bobot badan lebih baik (karkas ayam tertinggi yaitu 68,8%), tingkat kematian lebih rendah (morbiditas 0-2 % vs kontrol 8.7 %), jumlah ayam sakit lebih sedikit, penampakan/bentuk serta warna dan aroma karkasnya lebih disukai konsumen, biaya pemeliharaan lebih murah, serta mempunyai nilai jual lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar kepada peternak. Disamping itu pemberian jamu pada ayam buras dapat mengurangi bau kotoran, sehingga mengurangi pencemaran bau di  lingkungan sekitarnya.

Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DKI Jakarta

Tidak ada komentar: