Selasa, 28 Februari 2012

Krisis Energi


Sumber alam migas yang selama ini diandalkan dalam mengisi neraca anggaran negara sudah menipis. Sumber energi yang tak terbarukan itu terus dikuras hingga menyebabkan Indonesia sekarang beresiko menghadapi ancaman krisis energy. Hingga saat ini, sekitar 65 persen kebutuhan energy Indonesia masih tergantung kepada minyak fosil. Cadangan minyak bumi Indonesia tercatat pada tahun 2005 hanya sembilan miliar barel.

Dengan cadangan minyak tersebut diperkirakan habis dalam tujuh belas tahun ke depan dengan asumsi laju produksi rata-rata 500 juta barel per tahun. (Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc) Sementara program yang dapat mendorong berkembangnya produk energi alternatif yang terbarukan, belum mendapat perhatian serius. 

Di lain pihak, subsidi BBM dan listrik terus meningkat, hal tersebut dapat di lihat dari realisasi anggaran yang digelontorkan untuk melakukan subsidi pada 2011 mencapai Rp294,9 triliun. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, angka realisasi subsidi 2011 tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya atau 2010 sebanyak Rp102,2 triliun. "Hal ini berkaitan dengan lebih tingginya beban subsidi listrik dan subsidi BBM serta pangan," kata Agus di Gedung Kemenkeu, Jakarta. Kamis (5/1/2012). 

Kebijakan pembatasan penggunaan BBM yang ditawarkan menunjukkan adanya kepanikan pemerintah menghadapi beban anggaran subsidi. Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi juga dinilai hanya untuk pencitraan karena pemerintah tidak berani menaikkan BBM. Itu semua menunjukan, bahwa sejak awal pemerintah tidak siap menghadapi krisis energi yang sebenarnya bisa diminimalisir dengan keseriusan pemerintah meningkatkan potensi sumber daya alam energi alternatif.

Link terkait

Tidak ada komentar: